Sunday 26 April 2009

LOST Chap 98

“Kata dokter memang masih belum bisa digerakin, tapi nanti juga bisa kok. Cuma nunggu waktu...” kata Adi berusaha agar Taro tidak curiga.

“Jangan bohong, aku sudah lama kenal kalian...”

“Beneran... Kata dokter memang harus nunggu...”

“Di...!” bentak Taro saat itu.
“Tolong... Jujur, aku terima kenyataan kok...” Adi lalu terdiam saat itu, dia tidak tahu apa yang harus dikatakan lagi. Taro semakin memaksa Adi untuk bercerita tentang keadaannya. Adi tidak tau harus berbuat apa lagi, dia kemudian menceritakan secara detil tentang keadaan Taro.

Dia juga bilang kalau kaki Taro tidak bisa dipakai lagi, memang masih ada kemungkinan untuk sembuh. Namun kemungkinan tersebut sangatlah kecil, mendengar itu semua. Taro tidak terkejut, dia hanya menganggukkan kepalanya mengetahui kondisi dirinya yang sekarang.
“Lumpuh yah...”

“Sorry Ta, bukannya aku mau bohong. Tapi dokter memang bilang kalau masih ada kemungkinan sembuh, jadi...”

“Aku ngerti kok... Ya udah... Apa boleh buat...”
“Untung cuma patah kaki... Itung-itung masih selamat, Di...” Taro malah tersenyum saat itu, dia tidak ingin berkecil hati atau langsung hilang harapan. Adi pun tidak tau harus berbuat apa lagi, melihat Taro yang tidak begitu kecewa dengan keadaannya. Adi hanya bisa tersenyum juga saat itu.

Hari memang masih pagi saat itu, Adi tidak ada jam kuliah. Dia lalu permisi kepada Taro untuk mencari makan diluar, mungkin dia akan kembali agak lama. Taro menitip makanan kepada Adi, setelah itu Adi lalu keluar dari kamar Taro. Rita kemudian datang menjenguk Taro saat itu, dia tidak bertemu dengan Adi. Segera Rita langsung masuk ke kamar Taro, seperti biasanya mereka terus berbicara. Namun ekspresi Taro tidak seperti biasanya.
“Kenapa Ta...?” tanya Rita yang mengetahui ada sesuatu yang mengganggu Taro.

“Ta...” suasana terdiam sesaat, Taro masih mengumpulkan kebranian untuk mengucapkan kalimat yang sudah disiapkannya.
“Mulai hari ini... Jangan dekati aku lagi...” Rita bingung karena Taro tiba-tiba berkata demikian.

“Kena...” tanya Rita, namun perkataan itu langsung dipotong oleh Taro.

“Aku benci sama kamu, tolong... Jangan temui aku lagi dari sekarang.”

“Tapi aku sa...” Rita kemudian berhenti, dia tidak melanjutkan kalimat tersebut. Rita masih belum berani mengungkapkan perasaannya. Matanya juga sudah mulai berkaca-kaca saat itu.

“Aku mohon... Tinggalin aku sendirian sekarang...”

“Tapi, Ta...”

“PERGI...!!!” Taro terlihat sangat berbeda dari biasanya, dia sama sekali tidak memandang ke arah Rita lagi. Dia mengusir Rita saat itu, Rita hanya menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya kalau Taro akan berbuat seperti itu kepadanya. Air matanya mengalir, dia lalu berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari keluar.

Rita langsung keluar dari kamar Taro dalam keadaan menangis, dia berpas-pasan dengan Adi. Adi kemudian memanggil Rita, namun Rita terus berlari saat itu. Dia lalu bingung dengan keadaan tersebut, Adi bergegas ke kamar Taro. Dia melihat Taro yang sedang berbaring dan menutup mata dengan lengannya. Adi lalu berjalan ke depan tempat tidur Taro.
“Tadi aku liat Rita nangis di luar...” Taro hanya tersenyum mendengar Adi berkata demikian.
“Kok... Tadi ngapain emang...?”

“Aku maki-maki dikit sih...” kata Taro tertawa kecil saat itu, Adi semakin bingung dengan sifat anak ini.

“Kau maki Ta...?” Taro lalu mengangguk.

“Bukannya dulu kau sampe muja-muja dia, sampe ngarapin dia, sampe ngelakuin hal yang ga guna...! Terus sekarang kesempatan buat dia kembali sudah ada di depan mata malah kau buang...! Sekarang... Mau kamu itu apa sekarang...!” Adi mulai memarahi Taro saat itu, dia kesal dengan sikap Taro yang tidak menghargai kesempatan.

“Itu kan dulu... Dulu dengan sekarang pasti beda donk...” Taro masih tidak menunjukkan kalau dia sedih melakukan hal tersebut.

“Ah...! Jelas-jelas dia uda ngomong dengan aku kalau dia itu sebenernya sayang dengan orang kek kamu...! Tapi... Sekarang kamu malah... Ah...!”

No comments:

Post a Comment