Sunday 26 April 2009

LOST Chap 97

“Udah balik...? Liburannya enak...?” kalimat pertama Taro yang diucap saat mengetahui bahwa Richard datang.

“Kok jadi Mia yang jagain kamu...?” Richard berjalan dan mengambil buah apel yang ada di meja itu, kemudian Richard menggosoknya di baju dan memakannya.
“Udah mendingan...?”

“Ga tau nih kaki, ga bisa di gerakin dari kemarin...” mereka lalu berbicara sebentar di sana, Richard kemudian menitipkan kunci kamar Mia kepada Taro. Setelah itu dia langsung pergi dari rumah sakit tersebut, Taro lalu kembali istirahat. Jam terus berputar menunjukkan angka enam, Taro masih tertidur saat itu.

Memang kerjaan orang sakit hanya tidur, kemudian pintu terbuka lagi. Kiki dan lainnya masuk ke dalam dengan membawa beberapa makanan kecil untuk Taro. Melihat Taro yang sedang tertidur, Kiki mempunyai cara untuk membangunkannya. Dia menahan hidung Taro dan dimainkan ke kanan kiri. Taro lalu terbangun dan menatap Kiki.
“Mau mati...?” kata Taro sambil menepuk tangan Kiki yang masih memegang hidungnya.

“Ngapain aja...?” kata Kiki membuka sendiri makanan yang dibawanya.

“Lagi mancing sih... Udah lama ga dapat ikannya...”

“Dokter bilang apa Ta...?” kata Lily, mereka belum tau keadaan Taro saat itu. Karena Mia hanya menyampaikan kalau Taro ada di rumah sakit.

“Belum ketemu sama dokternya, kata temen aku sih ada masalah dengan nih kaki. Jadi belum bisa digerakin, emang belum bisa digerakin sih... Malas banget kalau gini...”

“Itu doank...?” balas Yansen yang berdiri di belakang Lily.

“Pengennya sih, tapi masih ada beberapa yang kena. Sial banget ketabrak, mending ketabrak cewek cakep...”

“Mau...?” kata Kiki menyodorkan makanan ringan kepada Taro, tanpa berpikir panjang lagi Taro langsung mengambil cemilan tersebut dan memakannya. Pintu kamar Taro lalu terbuka lagi, kali ini Mia yang masuk ke dalam. Dia melihat kalau mereka sedang berkumpul di sana. Mia ikut berbicara dengan mereka. Hingga jam menunjukkan pukul delapan kurang, teman kerja Taro lalu pamit untuk pulang.

Beberapa menit berselang, Adi terlihat datang bersama dengan seorang wanita. Dia lalu segera masuk ke kamar Taro bersama wanita tersebut. Mereka melihat Taro dan Mia sedang berbicara, melihat kedatangan Adi bersama seorang wanita. Terang Taro langsung pecicilan saat itu, dia mulai bertanya siapa gerangan wanita tersebut. Adi memperkenalkan pacarnya dengan mereka, wanita itu bernama Cheryl. Rambutnya panjang berwarna hitam, dan poni datar tentunya.

Adi mengatakan kalau Jimmy sedang berangkat karena ada urusan, mereka lalu berbicara apapun yang bisa dibiarakan saat itu. Hari demi hari terus berlalu, kaki Taro masih belum bisa digerakkan. Namun dia tidak putus asa, karena terkadang Rita datang menjenguknya. Setiap Rita datang menjenguknya, semangat Taro semakin meluap. Dua minggu sudah berlalu, Taro masih belum bisa menggerakkan kakinya. Dia juga belum diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

Dia lalu makin bingung dengan keadaannya saat itu, Taro lalu curiga dengan keadaannya sendiri. Sabtu itu Adi datang sendirian, dia lalu masuk ke kamar Taro untuk melihat keadaannya. Mereka masih berbicara seperti biasanya, hingga Taro mulai menanyakan sesuatu yang serius dengan Adi. Taro bertanya apakah mereka ada menghubungi orangtunya, Adi hanya berkata mereka menunggu keputusan dari Taro ingin menghubungi atau tidak.

Taro merasa tenang dengan sifat tanggap Adi, dia lalu berkata agar jangan memeberitahukan kejadian ini kepada orangtuanya. Karena Taro tidak ingin mereka cemas dengan kejadian ini, dan lagi mereka tidak menghubungi Taro sampai saat itu. Taro juga merasa lega karena mereka tidak menghubunginya, karena kalau mereka menanyakan keadaan Taro maka Taro juga akan kebingungan sendiri nantinya. Namun setelah itu dia sepertinya ingin menanyakan sesuatu yang lebih serius.
“Di...” panggil Taro dengan wajah tidak main-main lagi.
“Sebenarnya ada masalah apa dengan kaki ini... Udah dua minggu lebih belum bisa digeraki.”

No comments:

Post a Comment