Sunday 26 April 2009

LOST Chap 95

“Kalaupun dia uda kluar dari rumah sakit nanti, calon istrinya itu kursi roda. Bukan kamu...”

“Aku ga ngerti...” Rita melihat wajah Adi, dia terlihat bingun sekali saat itu.

“Teman kami..." suasana dalam mobil terdiam sesaat.
"Lumpuh...”

“Lumpuh...? Bohongkan...?” Adi hanya diam saja menanggapinya.
“Ini biar aku mau dekat lagi dengan dia kan...? Ga usa bohong kalau dia lumpuh pun aku juga udah sayang dengan dia...” tanya Rita dengan hati yang sudah percaya dan tidak.

“Aku juga mau yang aku ngomongin ini cuma bohong, tapi apa mungkin aku bohong soal ini...”
“Kami bilang ke dia, kalau sekarang memang kakinya belum bisa dipakai. Dia percaya aja dengan kami...”
“Tolong jangan kasih tau ini ke dia, aku kasih tau ini ke kamu cuma pengen kamu tau aja. Kalau dia sekarang bukan Taro yang dulu lagi...”

“Dari pertama aku dekatin dia, hidupnya udah mulai kacau. Kalau saja dulu aku ga bilang kalau aku suka dia, mungkin sekarang dia masih bisa jalan dan...” Rita tidak melanjutkan perkataannya lagi, sedangkan Adi hanya terus menyetir saat itu.
“Aku nyesal...”

“Nyesal...?” Adi mulai angkat bicara.

“Aku kira kamu benar-benar kenal Taro, apa dia pernah bilang kalau jangan pernah nyesal dengan keputusan...?” Rita hanya mengangguk.
“Kalau gitu, napa harus nyesal...? Ini sebuah keputusan...” Adi tetap tenang dalam situasi itu, suasana kembali terdiam sampai mereka ada di depan rumah Rita. Rita lalu turun dan mengucapkan terima kasih, dia segera masuk ke dalam rumahnya. Adi lalu kembali lagi ke rumah sakit. Sedangkan dirumah sakit terlihat mereka bertiga yang sedang berbicara.
“Bukan gitu Jim... Aduh... Mau brapa taon sih berguru sama aku...?” mereka berdebat soal pemainan soal itu.

“Buktinya maren-maren menanglah pas lawan orang...”

“Hoki mungkin...” Taro lalu tertawa.
“Main-main Jim, sering-sering main aja terus. Nanti jadi mahaguru kok...”

“Kalian ngomongin apaan sih dari tadi...?” Mia kebingungan dengan pembicaraan mereka berdua, dari awal dia sudah tidak nyambung dengan itu.

“Oh ya Mia... Udah brapa hari nih aku bolos kerja, tolong kasih tau orang sana kalau aku lom bisa masuk kerja yah...”

“Lom bisa digerakkin tuh kakinya...?” tanya Mia pura-pura tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

“Ga tau nih, mati rasa...” kata Taro sambil menusuk pahanya dengan jari.

“Besok pagi Mia sampein deh ke mereka...”

“Suruh datang juga yah... Tapi harus bawa parcel...” Taro tertawa saat itu, dia seperti tidak mengalami kecelakaan saja. Suasana hatinya memang lagi bagus saat itu, namun pipi kirinya sangat perih.

“Bawa laptop ke sini Ta, kita maen bareng nanti...”

“Tunggu aku beduit Jim, nanti beli laptop... Nah... Abis itu kita balik ke sini lagi terus main... Bego kan...?” Taro menjawab dan bertanya sendiri.

“Tata aneh nih... Richard besok balik katanya...”

“Siapa...?” tanya Taro kepada Mia.

“Richard...”

“Siapa nanya...?” jawab Taro dan Jimmy serempak, mereka hanya tertawa saat itu. Sedangkan Mia hanya pasrah dipermainkan oleh mereka. Mereka terus bergurau hingga Adi masuk ke kamarnya.

“Oit... Bro... Udah balik...?” tanya Taro mengangkat tangannya untuk menyapa Adi, Adi lalu mendekati mereka untuk ikut bergurau. Taro lalu mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang seratus ribu. Dia memberikannya kepada Adi.
“Duit bensin...”

No comments:

Post a Comment