Sunday 26 April 2009

LOST Chap 92

“No thanks... Liat kamu uda bisa ngerasain kok... Lapar...?”

“Dah brapa lama aku ga makan...?”

“Yah... Sekitar empat lima tahuan gitulah...” jawab Jimmy sambil melahap makanan ringan yang ada di tangannya.

“Bliin sate donk...”

“Mana boleh makan gituan...” kata Mia mengkhawatirkan keadaan Taro.

“Entah nih anak, hobi cari penyakit memang...” Jimmy lalu berjalan ke sofa, dia menyalakan TV dengan remote yang ada di sofa. Taro terus meminta mereka untuk membelikan sate. Namun mereka tetap menolak, namun akhirnya mereka mengalah juga. Namun mereka hanya melakukan itu sekali saja. Mereka terus berbincang hingga malam tiba juga, Taro menyuruh mereka untuk pulang saja. Namun mereka tidak mau, Taro berkata kalau dia juga sudah sadar.

Jadi ga perlu di jaga lagi, dia menyuruh mereka untuk pulang mandi dan makan dulu. Mereka bertiga lalu mendengarkan Taro, Taro meminta Adi untuk membawa Mia pulang ke kosnya. Malam itu Taro sendirian di kamar, dia masih memikirkan kejadian kemarin. Dan lagi dia bingung kenapa kakinya tidak bisa digerakkan. HP Taro bergetar, ada SMS yang masuk saat itu. Dengan cepat dia langsung mengambil HP nya yang ada di sebelah. Taro segera membaca pesan tersebut, dia terkejut karena Rita yang mengirim pesan itu.

Rita menanyai keadaan Taro saat itu, dia juga minta maaf karena bersikap kasar kemarin. Namun Rita tidak mengatakan perasaannya, dia hanya minta maaf kepada Taro soal kemarin. Taro juga tidak menceritakan soal kecelakaan itu. Dia mengirim pesan layaknya orang yang sehat-sehat saja. Mereka terus berbalas pesan malam itu, hingga Rita mengatakan ingin belajar dulu. Taro mengerti itu, dia lalu tidak mengganggu Rita lagi. Taro kemudian tertidur lagi, beberapa saat kemudian pintu kamar Taro terbuka. Mia lalu masuk ke dalam kamar itu dan mendapati Taro sedang tertidur, dia tersenyum sedikit melihat Taro.

Lalu dia mendekati Taro dan melihatnya lebih dekat. Terdengar suara pintu yang terbuka lagi, Adi dan Jimmy masuk ke dalam. Mereka melihat Taro sedang tertidur, muncul pikiran iblis di kepala kedua pria itu. Mereka lalu mendekati Taro yang sedang tertidur itu, satu tamparan dari Jimmy mendarat di pipi Taro. Terang Taro langsung terbangun saat itu, bukannya meminta maaf mereka malah tertawa dengan itu. Sedangkan Mia tidak habis pikir kalau Taro mendapatkan teman seperti itu.
“Bagus kami nih... Orang sakit main di tabok...” kata Taro memegang pipi kanannya yang di tampar Jimmy tadi.
“Oh ya... Kaki aku ga mau gerak, dokter bilang apa tentang nih kaki.” Mereka bertiga tetap tenang menanggapi pertanyaan Taro, gelagat mereka juga tidak terlalu mencurigakan saat itu.

“Dokter bilang tuh kaki belum bisa di pake...” Adi angkat bicara duluan, dia berusaha membuat keadaan Taro itu terlihat lucu dan tidak parah.

“Mungkin brapa taun gitulah baru bisa jalan lagi...”

“Oh... Gitu ye...? Nyumpain nih ceritanya...?” Hanya Mia yang tidak ikut dalam lelucon mereka saat itu, dia tidak tega melihat Taro seperti itu.

“Katanya sih tuh kaki brubah jadi sisik nanti...” Jimmy juga menyambung.

“Baguslah kalau gitu, nih hidung brubah jadi insang...?” Taro menanggapi lelucon mereka, dia lalu memegang belakang kepalanya. Taro langsung melepas perban yang membalut kepalanya. Dia tidak suka dengan perban yang membalut kepalanya itu.

“Woi... Woi...” Jimmy bingung melihat tingkah Taro.

“Tata apaan sih...?”

“Kek mumi aku kalau gini, di lepas juga ga masalah kok...” Taro lalu melempar perban yang sudah dilepas dari kepalanya.

“Tuh kepala juga jadi Sphinx ujung-ujungnya...” Kata Adi yang melihat Taro melepas perban itu. Taro tetap cuek saja dengan ucapan mereka, dia memang tidak suka dibalut-balut. Mereka kemudian terus berbincang hingga malam, Mia juga mengakrabkan diri dengan kedua orang gila yang menemani Taro dari dulu. Adi menanyakan malam saat kejadian Taro sedang apa, dan Taro menceritakan namun tidak semuanya.

Sebagai teman Adi dan Jimmy tau kalau Taro menyembunyikan sesuatu, mereka memaksa Taro menceritakan semua itu. Akhirnya Taro juga menyerah dan menceritakan semua kejadian dari bagaimana dia bertemu dengan Rita di mall tersebut, dan di tempat parkiran hingga terakhir Taro tidak ingat apa-apa lagi setelah kejadian. Namun Taro menceritakan itu sebagai lelucon, dia merasa sama sekali tidak sakit hati. Karena Rita sudah mulai berkomunikasi lagi dengan dia, tapi Taro tidak mengatakan kalau mereka sekarang sudah saling bicara lagi. Dia hanya berhenti sampai malam sebelum kecelakaan itu.

Setelah jam menunjukkan pukul sepuluh lebih, Taro mengusir mereka semua untuk pulang. Dan lagi Taro menitipkan Mia kepada Adi untuk di bawa sampai ke tempat awal. Keesokan harinya Rita SMS lagi, Taro juga sudah bangun. Sedangkan Adi dan lainnya belum datang menjenguk, Taro juga berkata agar mereka mengurusi urusan mereka dulu. Dia merasa tidak perlu di jaga lagi karena sudah sadar, dan lagi dia juga bisa minta bantuan suster kalau ingin pergi ke kamar mandi atau membutuhkan sesuatu. Tentunya suster itu tidak ikut masuk ke dalam kamar mandi dan menemani Taro untuk buang air.

Rita menanyakan keadaan Taro saat itu, dan Taro bilang dia sedang kerja. Taro balik bertanya kepada Rita dan dia menjawab lagi bosan dengan pelajaran tersebut. Namun Taro menceramahi Rita untuk serius belajar, padahal dia sendiri dulunya sering bolos. Hari sudah sore, Adi datang menjenguk Taro dengan membawa beberapa buah. Dia meletakkan buah tersebut di meja Taro, Adi lalu duduk di sofa tersebut dan menyalakan TV. Adi kemudian mengeluarkan HP nya dan ingin menghubungi seseorang, namun memang lagi apes. Baterai HP nya habis, dan layar hitam yang muncul di HP nya.

No comments:

Post a Comment