Sunday 26 April 2009

LOST Chap 88

“Pikirin sendiri, ini masalah kalian... Aku ga mau ikut campur lagi...” Rita terus meminta saran dari Allen, ternyata Allen bukanlah pacar atau teman. Namun Allen itu sepupu Rita, dan dia hanya minta ditemeni oleh Rita untuk membeli sesuatu. Namun barang yang dicari tidak ada, malah Allen terpaksa harus memukul seseorang saat itu.

Di tempat Taro, dia terlihat masih terdiam di sana. Taro kemudian menghela nafas panjang untuk menenangkan pikirannya. Dia segera masuk ke dalam mall itu untuk turun dan segera meninggalkan tempat tersebut. Taro berusaha tetap tenang saat itu, dia terus menuruni mall itu dan sampai ke bawah. Dia lalu berjalan keluar dari mall tersebut, tiba-tiba HP Taro berdering. Dia lalu menjawab panggilan tersebut, ternyata dari Adi yang mengajak Taro untuk pergi malam itu.

Mereka lalu berbicara malam itu, Taro tetap tenang saat berbicara dengan Adi. Dia lalu menyebrang untuk mencari taksi, saat melangkah kedepan. Kepala Taro langsung terasa nyeri lagi, mungkin karena benturan barusan dan lagi dia habis dipukul oleh Allen saat itu. Taro langsung terdiam di sana menahan rasa nyeri di kepalanya, dan...

Malam itu juga, terlihat Adi sedang buru-buru. Dia langsung turun dari mobilnya dan berlari masuk ke dalam sebuah gedung, itu adalah rumah sakit. Adi terus berlari menghampiri resepsionis.
“Kamar pasien yang barusan masuk nomor brapa...!” tanya Adi sudah panik saat itu, dia terus memaksa resepsionis itu untuk cepat mencari kamar yang dia tanyakan.

“Ada beberapa orang yang baru masuk sini mas, namanya siapa...?” Adi sudah panik sekali saat itu.

“Taro...!” resepsionis itu lalu menjelaskan kalau Taro ada diruang UGD, Adi langsung bergegas naik ke atas dan menuju ke ruangan tersebut Taro. Dia menghubungi Jimmy tentang kejadian ini. Terang Jimmy juga terkejut mendapat kabar dari Adi, dia langsung bergegas dan menuju ke rumah sakit tersebut.

Adi sudah sampai di depan ruang UGD itu, namun terlihat ada dokter di dalam ruangan tersebut sedang melakukan sesuatu terhadap Taro. Dia menunggui dokter tersebut dalam keadaan panik, Adi terus mondar-mandir saat itu. Seketika dia duduk dan berdiri lagi, Adi terus menunggui dokter tersebut. Namun sepertinya keadaan di dalam masih genting, dan mereka yang ada di dalam ruangan itu sedang berusaha. Jimmy lalu datang dan memanggil Adi. Dia mengenakan kaos berkerah berwarna hitam dan celana panjang biru.
“Di...!” teriak Jimmy dan menghampirinya dengan cemas juga.
“Kok jadi gini...?” tanya Jimmy sambil melihat keadaan di dalam ruangan tersebut.

“Tadi sore Taro ngajak aku pergi, tapi aku masih ada kuliah...”
“Selesai kuliah aku langsung hubungin Taro, tapi pas lagi ngomong dia langsung diam. Aku juga denger suara keras gitu, aku panggil-panggil dia ga jawab sama sekali. Terus ada orang yang jawab, dia bilang kalau Taro kecelakaan tadi. Langsung di bawa ke rumah sakit, dia kasih aku alamatnya.”

“Ck...! Udah telpon rumah Taro...?” Adi hanya menggeleng.
“Ngapain sih...! Langsung telpon ke rumahnya kasih kabar kek...!” Jimmy langsung menekan nomor telpon rumah Taro untuk memberitahukan kejadian ini kepada orangtuanya.

“Jim...!” Adi menghentikan Jimmy menelpon orang tua Taro.

“Apa sih...! Kasih tau orangtunya lah...!”

“Bukannya aku ga mau...! Tapi kau juga tau kan Taro gimana sama orangtuanya, tunggu dia dulu...!”

“Ya...! Tapi...! Arhhh...! Kalau udah gini ga bisa nunggu lagi...!” mereka berdua mulai bertengkar saat itu, orang-orang melihat mereka yang sedang bertengkar.

“Aku bilang nanti dulu...!” bentak Adi makin menjadi-jadi, perkelahian pun tak terelakkan saat itu. Mereka berdua mulai saling memukul, satpam yang melihat segera melerai mereka berdua. Satpam itu langsung menenangkan mereka, mereka berdua juga mulai tenang. Adi langsung duduk di kursi di depan kamar UGD itu dan memegang kepalanya, dia juga bingung dengan kejadian ini.

Sedangkan Jimmy tidak jadi menghubungi orang tua Taro, dia bersender di dinding. Mereka juga tidak berbicara saat itu, Adi dan Jimmy terus menuggui dokter tersebut keluar dan memberi penjelasan tentang keadaan Taro. Mereka berdua terus menunggu saat itu, dokter juga tidak kunjung keluar. Mereka semakin cemas dengan keadaan Taro, Jimmy kemudian beranjak dari tempatnya.

“Aku keluar bentar, mau nitip minum...?” tanya Jimmy yang mau membeli minuman saat itu, Adi hanya mengangguk saja. Jimmy terus berjalan keluar dari rumah sakit tersebut untuk membeli minuman diluar. Kemudian Jimmy mampir ke sebuah warung untuk membeli minuman, dia mengambil bungkus rokok di sakunya. Jimmy mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, dia menghisap rokok tersebut untuk menenangkan pikirannya juga. Setelah rokok tersebut habis, dia langsung masuk ke dalam lagi dan menemui Adi. Jimmy berjalan mendekati Adi dan memberikan botol minuman tersebut.

“Masih belum selesai juga...?” Adi menggelengkan kepalanya, dia tidak berbicara saat itu. Jam dinding menunjukkan jam dua belas lebih saat itu, mereka berdua terus menunggu dokter itu. Jam berputar lagi menunjukkan angka satu, Adi berdiri dari tempat duduknya. Dia meletakkan minuman itu di kursi sebelahnya. Adi mulai mondar-mandir tidak jelas saat itu, nafasnya juga tidak teratur.

No comments:

Post a Comment