Sunday 26 April 2009

LOST Chap 87

“Gak...!” teriak Rita menghentikan ucapan Taro, matanya juga sudah mulai berkaca-kaca.
“Aku ga pernah ada perasaan itu semua... Aku benci kamu...!” setetes air mata mulai jatuh dari mata Rita. Melihat itu teman Rita juga tidak tahan, dia langsung mendekati Taro. Dengan sopan dia berkata.

“Jangan buat dia nangis lagi, aku mohon jangan dekati dia lagi...” namun Taro tidak menghiraukan ucapan pria tersebut, dia hanya ingin berbicara dengan Rita.

“Tolong jawab aku dengan jujur, Ta... Apa dulu kamu benar-benar sayang dengan aku...? Apa dulu...” Taro masih saja menekan Rita.

“Diam...! Aku ga pernah sayang dengan kamu...! Aku benci sama kamu...!” air mata Rita mulai mengalir saat itu, melihat itu cowok yang bersama Rita langsung langsung memegang bahu Taro dan menyenderkan Taro pada pilar di tempat parkir itu.

“Tolong... Aku minta dengan baik-baik, jangan... Ganggu... Rita lagi...” Taro masih berontak, dia ingin melepaskan dirinya dari cowok tersebut. Namun malah cowok itu menghantamkan Taro ke pilar tersebut, kepala Taro terbentur pilar itu.
“Cukup...!” bentak orang itu.
“Kali ini aku ga bakal segan-segan lagi... Tolong liat situasi...” Taro masih saja ngeyel dan berusaha melepaskan dirinya, orang itu juga terang menjadi kesal dengan Taro. Sebuah pukulan didaratkan ke pipi kanan Taro, Rita yang melihat itu langsung melerai mereka.

“Udah Al... Kita pergi aja...” kata Rita kepada orang itu, cowok itu bernama Allen. Mereka lalu meninggalkan Taro yang terdiam dan bersender di pilar tersebut. Sebelum mereka berbalik dan meninggalkan Taro, Taro mulai berbicara pelan lagi.

“Apa harus sampai aku sudah pergi baru bisa denger kalimat kalau kamu sayang dengan aku...?” tanya Taro dengan suara kecil.

“Ya...! Aku senang sekali kalau kamu ga ada lagi disini, jangan pernah ganggu aku lagi...!” Rita masih menangis dan memaki Taro, dia lalu segera masuk kedalam mobil. Sedangkan Allen mendekati Taro dan menepuk bahunya, dia lalu masuk kedalam mobil dan meninggalkan Taro yang masih bersender di pilar itu.

“Dia siapa Ta...?” tanya Allen saat mereka ada di mobil.

“Udahlah, ga usah di bahas...”

“Napa dia tiba-tiba nanya soal gituan...? Memangnya kamu benar-benar benci dengan dia...?”

“Aku pengen banget benci dia, Al... Tapi ga bisa, moga-moga aja dia udah ga ngarapin aku lagi...”

“Jadi kamu sayang dengan dia...? Kenapa ga jujur aja...?”

“Ceritanya panjang, Al... Ga perlu dibahas juga masalah ini...” Rita masih terisak saat itu.

“Coba ceritain...” Allen terus memaksa Rita untuk bercerita tentang Taro, dan Rita menyerah juga. Dia menceritakan semua kejadian itu hingga Taro menyusulnya ke sini.
“Aku salut dengan dia...” kata Allen sedikit tersenyum.
“Udah jarang lho cowok jaman sekarang yang bisa nunggu sekian tahun... Apalagi sampai nyusul, bahkan dia sendiri susah hidupnya.”

“Aku kasian sama dia Al, kalau dulu aku ga masuk ke hidup dia. Mungkin dia sudah ga ada beban seperti ini...”

“Kalau kasian, harusnya kamu tadi ngomong jujur...”

“Kalau misalkan aku jujur tadinya, mungkin aku bakal buat dia tambah sengsara Al... Itu sama aja aku ngasih harapan kosong ke dia...”

“Harapan kosong...? Emang kamu sama sekali ga ada niat buat rujuk... Biarpun udah liat dia segitu betahnya nungguin...?”

“Jadi aku harus gimana...? Aku juga sebenarnya ga mau nyakitin dia, Al...”

“Fuh...”
“Saran aku sih, mendingan minta maaf aja. Terus jelasin semua baik-baik, dan kasih tau alasan yang masuk akal.”

“Apa...?” tanya Rita yang bingung harus menjelaskan semua ini kepada Taro.

No comments:

Post a Comment