Sunday 26 April 2009

LOST Chap 86

“Ehm... Hati-hati aja kalau pulang...” Taro mengangguk-anggukan kepalanya. Mamanya hanya menghawatirkan keadaan Taro juga, memang benar kata pepatah. Sejahat apapun orangtua, pasti tetap menyayangi anaknya. Dan itulah yang terjadi dengan Taro, dia kemudian menyelipkan kembali HP nya di dalam saku celana.

“Sapa...?” tanya Kiki sambil mencuci piringnya.

“Orang rumah... Tiba-tiba nelpon gitu...”

“Oh... Kirain cewek...”

“Emank cewek kok... Ck ck ck... Satu aja Ki, jangan banyak-banyak. Kerepotan Tar...” Kata Taro sambil menuangkan juice yang tadi di blender olehnya. Akhirnya kerjaan mereka sudah selesai juga, Taro langsung pulang duluan saat itu. Dia bergegas ke kosnya untuk mandi dan segera berangkat ke mall pertama dia dan Rita bertemu. Taro berlari terus saat itu, dia lalu menaiki tangganya dengan langkah yang besar. Kemudian Taro mengambil kunci kamar kosnya dan segera masuk ke dalam.

Dia meletakkan dompetnya di atas meja, kemudian Taro menelpon seseorang saat itu.
“Halo... Di... Sibuk...” Taro menelpon Adi saat itu.

“Lagi di kampus nih, napa...?”

“Oh... Ga lah, rencana mau ngajak jalan tadi...”

“Malam aja kalau mau, nanti kukabari lagi. Bentar lagi kelas dimulai, Ta...”

“OK...” Taro mematikan telponnya, dia lalu menaruh HP dia di atas dompetnya. Taro berjalan ke arah lemarinya dan mengambil kemeja dan celana panjang berwarna putih. Plus dengan kaos putih juga untuk baju dalam. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi dan cebar-cebur beberapa saat.

Taro sudah menyelesaikan urusan di dalam kamar mandi, dia segera mengeringkan rambutnya dan menyisirnya. Penampilan sudah rapi, Taro lalu mengambil HP dan dompetnya. Dia lalu mengambil kaos kaki dan memakainya, segera Taro mengenakan sepatu itu juga dan langsung berangkat. Orang-orang yang berada di kos itu melihat Taro dengan keheranan, berpakaian serba putih seperti hantu saja. Dia lalu menuruni tangga dan keluar dari komplek kos tersebut untuk menunggu taksi.

Taro terpaksa menggunakan taksi karena Adi tidak bisa mengantarnya, mana ongkos taksi juga mahal. Dia tidak mengerti jalan kalau naik angkot, namanya juga anak baru pindah. Taro menghentikan sebuah taksi saat itu, dia langsung masuk ke dalam dan hanya mengatakan nama mall yang ia tuju. Dan taksi itu berangkat dengan segera, jalanan cukup senggang waktu itu. Jadi Taro bisa sampai ke sana lebih cepat dari biasanya. Taksi itu lalu berhenti di depan mall tersebut, Taro lalu membayar biaya transport dan langsung turun dari taksi itu.

Taro segera memutar mall tersebut, sekalian melihat-lihat barang yang menggoda matanya. Cukup lama juga dia berkeliling di sana, dia terus berharap dalam hatinya agar bertemu dengan Rita. Karena SMS dan telponya sama sekali tidak dibalas. Dia seperti orang aneh saja yang dari tadi hanya naik dan turun dari mall tersebut. Hari juga sudah mulai gelap di luar, Taro masih belum menemukan orang yang dia cari. Taro lalu naik ke lantai teratas dan melihat situasi dari sana. Banyak orang yang melewati belakangnya, dan Taro seperti merasa aneh saat itu.

Dia menoleh ke belakang dan melihat seseorang yang sedang berjalan dengan cowok. Taro mulai berpikir dan memberanikan diri untuk mendekati pasangan tersebut. Mereka tidak terlihat bergandengan tangan atau seperti orang pacaran. Taro tidak langsung memanggilnya, dia terus mengikuti mereka berjalan. Sepertinya mereka mengarah ke parkiran saat itu, Taro juga ikut menuju ke sana. Suasana parkiran saat itu sangat sepi, Taro terus berjalan di belakang mereka hingga mereka menuju ke mobil yang diparkir itu. Sebelum mereka berdua masuk ke dalam mobil, Taro membranikan dirinya untuk memanggil.
“Tata...?” sahut Taro dengan suara kecil. Dan mereka berdua melihat ke arah Taro, entah suatu kebetulan atau apa Taro dapat menemukan Rita saat itu. Dia merasa lega namun juga merasa kacau karena melihat Rita berjalan dengan seorang cowok.

“Siapa...?” cowok itu bertanya dengan Rita, sedangkan Rita masih memandang Taro saat itu. Taro kemudian berjalan mendekatinya.

“Sudahlah...” Kata Rita kepada Taro pelan, Taro pun berhenti mendengar kata itu.
“Jangan dekati aku lagi, aku mohon...” Taro juga semakin tidak berkutik mendengar kata-kata itu, sedangkan cowok yang bersama Rita itu melihat ke arah Taro dengan kebingungan.
“Ga ada untungnya kamu terus gini, jalan hidup kamu juga masih panjang. Aku juga...” Taro langsung memotong pembicaraan Rita.

“Apa pernah...?” kata Taro pelan membalas semua ucapan Rita.
“Aku bingung, apa pernah kamu sayang dengan aku...? Apa ada...? Bahkan hanya setitik perasaan di hatimu yang masih sayang dengan aku...?” kata Taro sambil mendekatkan ibu jari dan telunjuknya sebagai simbol setitik.
“Apa pernah... perasaan itu...”

No comments:

Post a Comment