Sunday 26 April 2009

LOST Chap 85

Taro lalu berjalan ke depan pintu kamar Mia, dia lalu mengetuk pintu kamar Mia. Terlihat emosi Taro juga sudah menurun, tidak seharusnya dia melakukan hal kasar itu. Taro terus mengetuk pintu kamar Mia dan memanggilnya, namun tidak ada jawaban saat itu. Tanpa segan Taro membuka pintu kamar tersebut yang ternyata tidak terkunci, Taro langsung masuk ke dalam. Terdengar suara tangisan saat itu, Taro terus masuk kedalam dan melihat Mia yang sedang menangis di tempat tidurnya. Mia terduduk sambil menundukkan kepalanya saat itu. Taro lalu mendekati Mia dan duduk didepan Mia yang masih tertunduk itu.

“Mia...” panggil Taro kecil, namun Mia tidak menjawabnya. Mia terus menangis saat itu.
“Mia... Maafin aku yah...” Taro memegang kepala Mia, namun Mia menjauhi Taro lagi. Dia tetap tertunduk dan menangis.
“Tadi malam Richard datang, terus kami sempat berbicara sebentar. Dia bilang kalau dia ingin pergi keluar negri untuk beberapa waktu dan menitipkan Mia kepadaku. Namun aku malah buat Mia nangis... Aku ga tau harus ngomong apa kalau dia nantinya tau kejadian ini.” Mia langsung memeluk Taro saat itu, dia masih menangis dan tidak berbicara apa-apa. Sedang Taro juga merasa bersalah karena kejadian barusan.

Dia lalu membelai rambut Mia sekali dan melepas pelukannya. Taro kemudian melihat Mia yang masih menangis itu, Taro mengusap air mata Mia yang masih mengalir tersebut.
“Maaf ya...” Mia berkata kecil seperti itu, Taro hanya tersenyum mendengar Mia.

“Udahlah, aku juga salah kok... Tapi aku minta, ini urusan aku sendiri. Biarin aja aku yang nyelesein...” Mia mengangguk, dia melihat tangan kanan Taro yang berdarah akibat memukul pintu tersebut.

“Sebentar...” kata Mia pelan, dia lalu berdiri dan mencari kotak obat untuk mengobati tangan Taro yang terluka itu. Mia lalu mengambil kotak obat tersebut dan duduk di depan Taro. Dia menarik tangan Taro dan segera mengobatinya, Taro berusaha menahan perih saat diobati Mia.

Saat itu mereka hanya diam dan tidak banyak bicara. Mia lalu membalut luka Taro dengan perban, sedikit berantakan saat itu. Masih saja suasana terdiam dan terasa dingin, beberapa saat lama berdiam diri. Taro berdiri duluan, dia lalu keluar dari kamar Mia. Mia juga tidak banyak bicara saat itu, Taro kemudian bergerak ke kamarnya. Taro langsung ke atas tempat tidurnya dan segera istirahat dengan pikiran yang masih runyam.

Keesokan harinya Taro terbangun, dia tidak ingin banyak berpikir lagi. Taro ingin berangkat kerja dan berkumpul dengan yang lainnya, sebelum masuk ke kamar mandi Taro melepas balutan tadi malam itu. Perban itu dibuang Taro ke tempat sampah, masih terlihat sedikit warna merah di perban tersebut. Tangan Taro juga belum sembuh sepenuhnya, walaupun itu bukan luka yang parah. Dengan pikiran yang sudah tenang Taro lalu berangkat kerja saat itu, di tempat kerja teman-temannya sudah hadir semua.

Taro memang yang paling sering terlambat di sana, terlihat Kiki masih melakukan hal biasa. Dia selalu menggoda Lily, Taro melihat mereka berdua kejar-kejaran di dalam rumah makan itu dan dia tertawa kecil.

“Ehem...” Taro pura-pura batuk saat itu, mereka berdua lalu berhenti dan segera kembali mengerjakan bagian mereka. Yang lain hanya senyum-senyum saat itu. Kiki kembali ke dapur saat itu bersama Taro, tidak sengaja dia melihat tangan Taro yang sedikit terluka.

“Napa tuh tangan loe...?”

“Hah...? Oh ini... Jatuh maren...”

“Jatuh kok lukanya gitu...?”

“Mang gimana...? Contoin donk...” Taro lalu celemek tersebut dan dikenakannya.

“Males banget...”

“Ngapa...?” tanya Taro yang celemeknya sudah di pasang.

“Minggu masih harus kerja, pengen libur kali-kali...”

“Mau... Cuti permanen aja...” jawab Taro tertawa kecil. Taro dan lainnya kembali bekerja saat itu, memang terasa membosankan untuk bekerja di hari minggu. Namun mereka tidak bisa menolak lagi, tetap saja mereka harus menjalankannya. Taro berniat untuk pulang lebih cepat saat itu, dan dia ingin pergi ke mall tempat dia bertemu dengan Rita. Pikirannya mungkin saja ada keberuntungan saat itu yang bisa membuat mereka bertemu lagi. Di tempat lain, terlihat seorang wanita yang sudah berumur. Hati wanita itu terlihat sedang gundah juga, dia lalu mengambil telpon rumahnya dan menghubungi seseorang.
“Ya...” Taro mengangkat HP nya, seseorang menghubunginya saat itu. Wanita tersebut adalah mamanya Taro.

“Kamu di mana...?” tanya mamanya Taro.
“Lagi kerja kok... Ga ngapa-ngapain... Ada masalah apa...?”

No comments:

Post a Comment