Sunday 26 April 2009

LOST Chap 80

“Cerita masa lalu...?” tanya Kiki mendengar cerita Taro, Taro hanya tersenyum dan melanjutkan ceritanya.

“Akhirnya perasaan itu terungkap juga, tapi si cewek menolak cinta tuh cowok. Begh... Sakit hati bukan main tuh cowok... Itu cewek nganggep kalau cowok itu cuma sahabatnya yang paling baik, perasaan cowok itu kayak kesambar petir berjuta-juta watt.” Taro membubuhi sedikit hiperbola pada ceritanya, Kiki hanya tersenyum sesaat mendengar itu.
“Namun cowok itu ga nyerah gitu aja, dia tetap ngasih perhatian seperti biasanya. Dia hanya nganggep kalau belum waktunya mereka di satuin saat itu, dia lalu nge-set dalam pikirannya untuk terus nungguin tuh cewek. Setahun ke depan, puluhan tahun kedepan, ratusan tahun ke depan, atau bahkan harus nungguin hingga kehidupan selanjutnya.”

“Loe kata, tunggu gue kakek-kakek baru dapetin dia gitu...?” Kiki mulai ceria lagi dengan cerita yang disuguhkan Taro, dia menganggap itu sebuah lelucon untuk menghibur dirinya. Namun Taro mempunyai arti lain dalam cerita tersebut.

“Aku ga nyuruh kamu harus nunggu bumi ini jadi kubus baru dapetin dia, tapi... Ingat... Penolakan bukan akhir dari semua, yakin aja... Suatu saat pasti Lily bakal nerima kamu. Pake semangat tuh cowok dalam cerita ini untuk terus sayang dengan Lily, kalau kamu hanya menginginkan dia karena faktor kecantikan atau lainnya. Ya... Semangatmu mungkin cuma di sini, tapi kalau kamu benar-benar sayang dengan dia. Maka kamu akan terus menyayangi dia...”

“Kitaro... ( Kiki dan Taro )” Lily memanggil mereka.
“Makan bareng yuk...” Lily lalu keluar lagi dan merayakan bersama teman yang di depan.

“Dia bukannya nolak kamu, hanya saja dia belum siap Ki...” Kiki tersenyum, dia lalu berdiri dan keluar bersama Taro. Mereka menghabiskan kue itu. Kiki kemudian memberikan kado yang di kembalikan Lily tadi. Lily hanya tersenyum dan menerimanya. Hari itu terus berjalan seperti biasanya, hingga saat senggang. Taro menghampiri Lily.

“Pulang nanti langsung cabut atau bisa jalan-jalan bentar...?”

“Mank napa...?” tanya Lily.

“Bisa temanin aku belanja bentar...?” ajak Taro, dan Lily hanya mengangguk saja. Taro lalu kembali bekerja lagi, dia hanya memastikan kalau Lily bisa jalan dengannya nanti. Waktu terus berjalan, jam mereka sudah selesai. Jam malam juga sudah digantikan oleh orang lain, Taro menungguk Lily yang pulang agak lama saat itu. Selesai dengan kerjaannya, Lily akhirnya bisa keluar juga dari sana.

Mereka lalu berjalan ke arah minimarket yang pertama kali dikunjungi Taro. Mereka kemudian masuk ke dalam, Lily berjalan di samping Taro. Dan mereka berkeliling dalam minimarket itu seperti sepasang kekasih.
“Napa...?” tanya Taro saat memilih barang belajaannya.

“Apanya napa...?” tanya Lily memandang ke arah Taro.

“Ngapa kamu tolak...?”

“Masalah tadi... Bisa ga usah di bahas...?” Lily juga ikut memilih barang belanjaan.

“Ngapa ga usah di bahas...? Aku cuma nanya, kok kamu tolak...?”

“Gue belum siap pacaran, Ta... Gue masih ga bisa ngelupain gimana dimainin ama cowok yang ngaku-ngaku sayang. Tapi pas di belakang malah sayang sama cewek lain, malas aja kalau kejadian kek gitu ngulang lagi.”

“Oh... Hanya karena satu ulah, maka dampaknya ke semua...?”
“Kalau gitu, kamu kira Papamu itu apa sama dengan cowok seperti itu...?” pertanyaan Taro mulai menyulut emosi Lily, tidak seharusnya Taro mengkaitkan masalah ini dengan orangtua. Namun dia tidak ada cara lain lagi, dan Lily juga masih bisa menahan emosinya saat itu. Namun dia tidak menjawab pertanyaan Taro.
“Apa yang kamu liat dari Kiki...?”

“Dia lucu, memang kadang agak ngeselin juga sih... Tapi gue liat orangnya juga keknya baik yah...” jawab Lily dengan tersenyum saat mendeskripsikan Kiki dalam pikirannya. Melihat Lily yang tersenyum, Taro langsung menyerang dari sudut itu.

“Apa dulu kamu juga tersenyum saat menceritakan tentang pria itu...?” Lily terlihat berpikir sebentar, dia juga tidak menjawab pertanyaan Taro. Namun wajahnya sudah menunjukkan jawaban tersebut.
“Apa kamu ngerasa kalau Kiki itu ngasih apa yang kamu inginkan...? Apa kamu rasa dia juga rasa sayang dia itu tulus...? Padahal kalau aku liat-liat kamu ga cantik-cantik banget kok.” Lily kemudian memukul Taro sambil tersenyum.

No comments:

Post a Comment