Sunday, 26 April 2009

LOST Chap 79

Lily memandang heran mereka, karena tidak biasanya mereka datang secepat itu. Dan kali ini semuanya lengkap juga terlihat sangat rajin, Lily hanya menggelengkan kepalanya dan menuju ke meja kasir. Yansen memberi kode kepada Kiki dengan pura-pura batuk, Lily yang sudah dekat dengan pintu dapur lalu terkejut. Melihat Kiki yang membawa kue dengan lilin yang menyala di atas kue. Mereka lalu bersorak meneriakkan selamat ulang tahun untuk Lily. Melihat itu Lily makin kebingungan, dia juga tidak menyadari kalau mereka akan merayakan ulang tahun Lily di sana.

“Buat permohonan dulu...” kata Yansen mendekati mereka. Lily lalu memejamkan matanya sesaat, dia lalu meniup lilin itu. Mereka semua bertepuk tangan saat itu. Taro dan lainnya segera masuk ke dapur untuk mengambil kado masing-masing. Kiki kemudian meletakkan kue itu di meja kasir, dia memasukkan tangannya ke kantong. Taro dan lainnya lalu keluar dari dapur dan memberikan kado kepada Lily, saat itu dia hanya tersenyum menerima semua kado dari mereka.

“Ga nyangka Ki... Loe yang rencanain ini semua...?” tanya Lily setelah itu.

“Engh... Buk...” mulut Kiki lalu dibekap oleh Taro.

“Iya Li, ini dia yang rencanain dari kemaren-kemaren...” Lily hanya tersenyum-senyum saat itu.
“Tembak sekarang...” Taro berbisik kecil kepada Kiki, Taro dan lainnya langsung menjauh dan meninggalkan mereka berdua.

“Aaah...” Kiki makin panik karena tidak ada yang menemani dia, dia mengeluarkan tangannya dan melihat Lily.
“Li...”

“Hmm...?” Lily memiringkan kepalanya sedikit.

“Engh... Itu...” Kiki masih gugup, Taro dan lainnya memberi semangat dari belakang, Lily makin kebingungan melihat Kiki saat itu.
“Sebenarnya...” Taro dan lainnya makin menjadi-jadi dengan ekspresi mereka masing-masing, mereka terus memberikan sinyal agar cepat menembak Lily saat itu.
“Sebenarnya... Dari pertama...” Taro dan lainnya lalu menunduk perlahan menanti pernyataan dari Kiki agar terucap.

“Ayo, Ki... Ayo...” Mereka yang di belakang sibuk menunggu moment itu.

“Apaan sih...?” Lily tersenyum kebingungan melihat Kiki, Kiki tidak berani memandang mata Lily saat itu.

“Sebenarnya dari pertama... Gue...” Taro dan lainnya menarik nafas menahan suasana yang menegangkan itu.
“Gue...”

“Loe napa...?” Lily bertanya lagi, Kiki kembali mengambil sesuatu di dalam saku celananya.

“Gue suka sama loe, loe maukan jadi cewek gue...” Kiki memberikan kado terakhir untuk Lily, sebuah kotak yang belum terbuka. Taro dan lainnya langsung bersorak mendengar itu. Mendengar itu terang Lily langsung shock, karena dia tidak menyangka kalau selama ini orang yang selalu menggodanya malah suka dengan dia.

“Makasi Ki...” Lily menolak kado dari Kiki saat itu.

“Tapi... Selama ini gue nganggap kalian itu cuma sebagai teman kerja, ga lebih.”
“Maaf... Tapi gue ga bisa...” mendengar pernyataan Lily, para pria itu menjadi lesu. Kiki pun tidak kalah lemas dengan mereka, dia hanya mengangguk tanpa memandang Lily. Dia segera kembali ke dapur. Yang lainnya lalu menundukkan kepalanya masing-masing, mereka kecewa dengan pernyataan Lily. Namun Taro berusaha membuat suasana ulang tahun agar tidak sedih, karena suasana ulang tahun itu harusnya menyenangkan.

“Yosh...!” Teriak Taro duluan, mereka semua melihat Taro.
“Potong kuenya... Kita sarapan pake kue....” Melihat Taro yang bisa menguasai keadaan itu, mereka semua lalu mengikuti Taro. Mereka berusaha agar suasana tidak menjadi sedih saat itu. Taro lalu mengambil pisau yang sudah di siapkan dari tadi, dia memberikannya kepada Lily untuk membagikan kue tersebut.

Mereka lalu bersenang-senang dengan kue itu, sedangkan Taro diam-diam pergi ke dapur. Di sana dia melihat Kiki sedang terduduk di pada kursi sambil menunduk dan masih memegang kado yang ditolak oleh Lily. Taro menghampiri Kiki yang tidak bersemangat itu, Taro lalu menepuk bahunya dari belakang, Kiki memandang Taro.

“Perfect...” kata Kiki saat itu.

“Nyerah...?” Taro melepaskan tangannya, dia berjalan ke depan Kiki dan bersender di tempat pencucian piring.

“Dulu pernah ada seorang cowok...” Taro mulai mengeluarkan jurus pemungkasnya untuk mengembalikan semangat Kiki.
“Dia saat itu liatin seorang cewek yang diharapkannya selama ini, tuh cowok pengen banget memiliki gadis tersebut. Dia pun mulai kenalan, akhirnya mereka bisa akrab diri. Cowok itu lalu mulai nyari cara biar bisa jadi bagian dari hati cewek tersebut, dia mulai ngasih perhatian kepada cewek itu. Cewek itu ga tau kalau sebenarnya tuh cowok bener-bener sayang dengan dias. Hingga suatu saat, cowok itu mencari waktu yang tepat buat ngungkapin perasaannya.”

No comments:

Post a Comment