“Tata... sebenarnya dia itu ada masalah apa ya?” tanya Mia dalam hati sambil mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir.
Taro sudah berada di dalam, dia bersender di pintu masuk sambil meletakkan kepalanya juga di pintu itu.
“Maafkan aku...” Taro berkata demikian dalam hati, dia lalu mengunci pintunya dan berjalan ke kasur untu beristirahat.
Taro membuang dirinya di atas kasur itu, dia memejamkan matanya hingga terlelap sendirinya.
Sedang Mia masih diluar dan kebingungan dengan semua perkataan Taro barusan. Tiba-tiba HP Mia berbunyi, kontan dia terkejut karena bunyi itu.
Hanya sebuah SMS ternyata, dan itu dari seorang pria yang bertuliskan...
“Mia... maafin aku yah...”
Mia hanya memonyongkan mulutnya, sepertinya SMS itu berasal dari pacar Mia. Lalu Mia tidak membalas SMS itu, dia membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam kamar dan bergegas untuk beristirahat.
“Besok ajak Tata jalan-jalan ah..” kata Mia dalam hati, dia berencana untuk mengajak Taro berkeliling. Dia lalu melelapkan dirinya dalam kasur itu.
Malam itu berlalu begitu saja, bintang-bintang dilangit masih menghiasi langit. Dan lampu-lampu kendaraan masih menghiasi jalanan dikota. Walaupun sudah larut namun suasana ibukota sama sekali belum larut. Langit dan daratan bagaikan cermin, di langit banyak cahaya bintang dan di darat banyak cahaya dari kendaraan. Perlahan bulan mulai menghilang dari gelapnya malam itu, dan matahari mulai muncul untuk menggantikan bulan yang sudah kelelahan menemani malam manusia.
HP Taro kembali berbunyi, dia terkejut dan bangun dari tidur lelapnya. Nomor yang sama dengan kemarin menghubungi Taro lagi, dia lalu mengangkat HP nya.
“Halo ~” sahut Taro dengan suara yang masih lesu, namun bukannya ucapan balasan yang dia dapatkan. Caci makian dari seorang wanita terdengar dari HP itu, tanpa pikir panjang Taro langsung mematikan HP nya.
“Pagi-pagi nelpon cuma buat ngoceh-ngoceh...” Taro meletakkan HP nya lagi, dia menguap sekali dan mereganggkan tubuhnya agar tidak kaku.
Seperti biasa, Taro tidak langsung bangun dari tempat tidurnya. Dia duduk sejenak untuk menenangkan tubuhnya. Dia melihat jam dinding yang bergantung itu. Baru jam setengah delapan pagi, terdengar suara ketukan dari arah pintu Taro.
“Pagi-pagi gini... siapa sih...” kata Taro masih lesu.
“Sebentar...!” teriak Taro. Dia lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya. Orang yang mengetuk pintu itu adalah Mia.
“Pagi Tata...” Mia memberi salam duluan.
“Pagi ~ ada apa pagi-pagi gini?” tanya Taro dengan penampilan acak-acakan itu.
“Cepat mandi... Mia mau ngajak Tata keliling.”
“Oh... bentar... Mia tunggu saja dikamar, nanti kalau sudah siap aku panggil...” Kata Taro dan ingin menutup pintunya lagi.
“Nggak..!” Mia menahan pintu itu.
“Mia tunggu di sini aja...”
“Jangan gila donk... aku kan harus mandi trus ganti baju. Tunggu aja di kamar Mia, nanti aku panggil kok.” Lalu mereka berdua saling mendorong pintu, Mia ingin masuk sedang Taro ingin Mia menunggu dikamarnya. Pertarungan mendorong pintu terjadi. Namun Taro memenangkan pertarungan dorong pintu itu, Mia terpaksa menunggu di kamarnya sendiri dengan menggerutu.
Taro lalu membuka lemarinya, dan mencari beberapa pakaian yang ingin dia kenakan. Celana jeans berwarna biru dan kemeja berwarna putih, terlihat di dalam lemari itu banyak sekali kemeja berwarna putih. Taro bergegas untuk mandi, karena Mia sudah menunggunya. Setelah selesai mandi dia mengenakan kaos dalam berwarna putih dulu baru memakai kemejanya. Semua sudah lengkap dan sepatu basket dipakai oleh Taro. Dia lalu keluar dari kamarnya, Mia sudah menunggu di teras dengan wajah sedikit kesal karena menunggu.
“Udah siap... kita mau kemana, Mia?” Tanya Taro, tanpa berbicara lagi Mia menarik tangan Taro dan segera turun ke bawah. Taro hanya kebingungan ditarik-tarik seperti itu. Sesampainya mereka dibawah, Mia menghentikan sebuah taksi. Mereka berdua lalu masuk kedalam taksi tersebut dan melesat entah kemana.
“Kita mau ke mana?”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment