Thursday, 23 April 2009

LOST Chap 7

“Bukan kebantu sih... hanya kehibur aja sama penjelasan kamu. Tata bisa ngomong kek gini, Mia rasa pasti ngga pernah ngalami kesulitan yah.” Mia mulai memanggil Taro dengan panggilan itu. Namun wajah Taro kemudian berubah, senyumnya tidak lagi selepas tadi. Kali ini aura kesedihan mulai terpancar lagi dari tubuhnya.

“Apa benar begitu?” Tanya Taro dengan menopang dagunya.
“Berarti Mia baru bisa ngeliat dari satu sisi, ada orang yang bisa nyebunyiin kesedihannya. Walaupun dia pingin banget ngomongin kesedihan itu, namun mereka terkadang merasa ngga ada gunanya ngomong soal itu. Dan Mia bilang aku ngga pernah ngalami masa suram, apa mungkin seperti itu?”

“Maaf... aku salah ngomong ya, Ta...?” tanya Mia dengan wajah polos.

“Ngga apa-apa kok... ini masalahku sendiri. Kalau gitu aku permisi dulu... selamat malam.” Taro lalu berdiri dan keluar dari kamar Mia. Sedang Mia hanya melihatnya dengan rasa bersalah karena berkata yang kurang mengenakkan.
Taro lalu berdiri di teras antara kamarnya dan kamar Mia. Dia meneyenderkan tubuhnya dan memandang lurus kedepan. Hanya pandangan kosong yang dia perlihatkan saat itu. Lalu Mia keluar dari kamarnya...

“Tata...” panggil Mia, dan Taro memandang ke arah Mia tanpa memutar badannya.

“Hmm...?”

“Maaf yah...” kata Mia tertunduk.

“Kenapa maaf... ngga ada yang harus dimaafin kok.” Kata Taro sambil memandang ke langit.

“Tapi perkataan Mia tadi kayaknya kurang sopan yah...”
“Kamu tau Mia... Dulu aku sering bilang ini pada seseorang. Aku bilang “ perasaan pria itu lebih lembut dari wanita “ apa Mia ngerti maksudnya?” Mia lalu berjalan kedepan dan ikut bersender di sana, dia memandang ke arah Taro dan menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan sedikit monyong membuat dia terlihat sangat imut.
“Mia pasti tau yah, kalau hampir semua pria itu sifatnya keras dan mudah emosian. Dari sanalah aku simpulin kata-kata ini. Lihat aja, seorang pria yang begitu tegar dan kuat. Dia bisa saja menangis saat orang yang dia sayangi benci sama dia, dan dia akan sangat bahagia kalau orang yang disayanginya kembali padanya. Pria itu akan memeluk erat tubuh orang tersebut sambil nangis, dan berucap “ maafin aku “. Sesuatu yang sangat keras bisa menjadi lembut seketika, bukankah itu menandakan perasaan pria lebih sensitif dari wanita...? Memang ngga semua pria begitu, namun aku percaya semua pria jika benar-benar mengerti apa itu perasaan. Mereka akan melakukan hal yang sama.”

“Tapi cewek kan lebih sering nangis ketimbang cowok, Tata...”

“Hengh...” Taro tersenyum lagi.
“Aku jadi ingat dulu berdebat dengan orang itu, dia bilang hal yang sama. Memang wanita lebih banyak ngeluari air mata ketimbang pria. Itu nandain suatu kewajaran, tapi pria yang sangat jarang sekali netesin air mata. Bahkan saat mereka berkelahi dan berdarah di sana sini, mereka sama sekali tidak netesin air mana. Tapi kenapa hanya masalah perasaan, mereka dapat berubah gitu drastisnya.” Tanya Taro memandang ke arah Mia. Dan Mia tidak bisa menjawab itu.
“Hal ini ga perlu dipikirkan, ini cuma pendapat pribadi aja. Aku pikir, gimana jika seseorang itu sangat menyayangi orang lain. Bahkan berani menjadikan dirinya sebagai jembatan neraka agar orang yang disayanginya itu bisa menyebrang ke surga, namun dia selalu dibenci oleh orang yang disayanginya. Dan gimana jika orang itu tiba-tiba pergi untuk selamanya dari dirinya, dan ga ada lagi orang yang akan berkorban demi dirinya. Ga ada lagi perhatian yang diberikan, dan lain sebagainya telah hilang untuk selamanya. Dan orang itu hanya akan bertemu orang yang pergi itu hanya dalam mimpi, atau melihat fotonya yang bertancapkan tiga buah dupa.”

“Maksudnya?” Mia makin kebingungan.

“Susah dijelaskan juga Mia, tapi aku selalu ngarep biar ga ada kebencian. Karena kebencian akan menimbulkan penyesalan biasanya.” mereka terdiam sesaat.
“Ya udah... sudah malam banget nih, kamu tidur aja.” Kata Taro sambil memandang ke arah Mia.

“Ngga apa-apa kok, besok juga Mia bebas.”
“Mia... Cewek ngga baik tidur malam-malam. Masuk kamar gih... aku juga uda pengen tidur. Bye...” Taro lalu masuk kamarnya duluan meninggalkan Mia di teras koskosan.

No comments:

Post a Comment