Sunday, 26 April 2009

LOST Chap 77

“Mia juga beli panci ama rice cooker kok...” jawab Mia tersenyum.
“Kalau dipikir-pikir ga salah juga ngikutin Tata, Mia mau belajar masak juga.” Taro lalu mencicipi masakan Mia saat itu.
“Gimana...?” tanya Mia cemas kalau masakannya tidak enak.

“Pas...” Taro menjawab demikian, Mia bisa tenang mendengar pengakuan Taro.
“Pertama kali masak yah...?” Mia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Taro.
“Bagus kok, mank buat apa belajar masak... Bukannya bisa pake pembantu aja nantinya...” canda Taro.

“Ga suka... Pengen mandiri aja, udah lekat nih citra jelek tentang cewek jaman sekarang yang ga bisa masak. Mau coba ngerubah citra itu doank...” Mia menjelaskan alasannya kenapa dia mulai belajar memasak.

“Richard uda nyobain...? Harus di kasih coba juga nih, biar tambah mesra...” jawab Taro tertawa.

“Makanya... Mia suruh Tata nyicipin dulu, biar ga malu nantinya...” Malam itu mereka berdua makan bersama di kamar Mia, hidangan yang disajikan Mia memang tidak begitu banyak.

Namun habis juga disikat mereka berdua, Mia lalu menuangkan segelas air untuk Taro. Setelah itu mereka berbincang-bincang seperti biasanya. Taro dan Mia saling bertukar informasi tentang profile mereka masing-masing. Mia lalu menanyakan hari ulang tahunnya Taro. Dia bermaksud untuk merayakannya, namun Taro berkata tidak perlu repot-repot masalah itu.

Taro berkata kalau ulang tahunnya tidak pernah dirayakan, jadi dia malas untuk merayakan itu. Padalah Taro ingin sekali seperti remaja lainnya, yang mendapatkan kue dan lilin. Sebelum meniup lilinya, Taro harus mengucapkan permohonannya dulu. Namun karena sudah sekian lama dia tidak pernah mendapat kesempatan itu. Taro menjadi malas untuk merayakan hari jadinya itu, dia menganggap kalau itu hanya hari biasanya dan tidak ada sesuatu yang istimewa.

Lama mereka berbinca-bincang, Taro kemudian berdiri. Dia ingin kembali ke kamarnya untuk beristirahat lagi. Taro kemudian membelai kepala Mia, dan Mia tertunduk sedikit sambil terpejam. Taro lalu keluar dari kamar Mia dan kembali ke kamarnya lagi, dia lalu beristirahat untuk melanjutkan hari esok lagi. Hari memang berjalan seperti biasanya, tidak ada hal yang istimewa saat itu. Taro melalui hari-harinya dengan bekerja, malamnya pergi makan malam atau kadang dia makan dikamarnya sendiri karena sudah masak.

Temannya juga tidak bisa pergi keluyuran lagi, karena mereka ada test. Hari berjalan seperti apa adanya, pagi berganti malam dan malam berganti pagi. Pada saat malam hari dan banyak waktu senggang, Taro selalu menghubungi Rita. Walaupun dia tidak menelponnya, karena Taro masih gugup kalau berbicara dengan Rita. Mereka kadang saling berbalas SMS, seperti layaknya teman. Mereka saling berbagi kabar masing-masing, hari terus dilewati begitu saja. Suatu ketika di tempat kerja Taro, Taro dan pelayannya sedang sibuk mempersiapkan sesuatu.

Mereka sepertinya ingin merayakan ulang tahun Lily yang akan dirayakan pagi hari esok di tempat kerja itu. Mereka menghadapi kendalan kalau Lily selalu datang lebih cepat dari yang lainnya, dan mereka sepakat untuk hari itu mereka akan bangun lebih cepat dari biasanya untuk membuat pesta kecil merayakan ulang tahun Lily. Mereka tidak membuat dekorasi di sana, namun mereka mengumpulkan uang untuk membelikannya sebuah kue yang besar. Kue tersebut sudah ditetapkan oleh mereka agar Kiki yang memberikannya, jadi semua uang di kumpulkan pada Kiki saat itu.

Dan lagi Taro dan pelayan lainnya mendukung Kiki untuk menembak Lily pada saat hari itu. Dan mereka mendapat kesepakatan, setelah itu mereka kembali bekerja seperti biasanya lagi. Untuk tidak menarik rasa curiga, mereka tetap mempermainkan karakter mereka seperti biasanya. Jam kerja mereka juga sudah selesai, Taro duluan pulang saat itu. Dia memang tidak begitu suka berlama-lama di tempat kerjanya. Datang dan pulang harus tepat waktu baginya, Taro bingung akan membeli kado apa untuk Lily, tiba-tiba HP Taro berdering.

Dia lalu berjalan ke tempat yang aman untuk menjawab panggilan tersebut, memang suatu kebetulan. Adi mengajak Taro untuk cari makan malamnya, Taro memanfaatkan kesempatan itu untuk membelikan Lily sebuah kado nantinya. Dia segera pulang ke kamarnya, karena Adi sudah dekat. Selesai berbenah diri, Taro kemudian mengambil semua uangnya untuk persiapan, dia lalu menunggu kedatangan Adi untuk membawanya. Beberapa menit kemudian sampai juga Adi di sana, dia bersama Jimmy dan seorang lagi teman lama mereka. Taro kemudian bergegas turun, dia melihat Mia yang baru keluar dari kamarnya juga.

Sepertinya Mia ingin pergi berbelanja sebentar, Taro lalu menawarkan apa Mia ingin ikut dengan mereka. Namun Mia menggelengkan kepalanya, dia bilang kalau Richard akan datang sebentar lagi. Jadi dia pergi ke minimarket untuk membeli beberapa cemilan nantinya. Taro lalu membelai rambut Mia, dia segera turun ke bawah menuju ke mobil Adi. Taro lalu masuk ke dalam mobil Adi, dia duduk di depan.

“Wogh... Very... Muncul juga...” kata Taro yang sedikit terkejut melihat teman lamanya, biasa dia paling malas kalau dia ajak keluar untuk jalan-jalan. Entah ada angin apa dia muncul saat itu, Very memang sudah berteman dengan Taro dan lainnya.

Mereka semua hanya mengenakan baju santai malam itu, namanya juga hanya mencari makan malam sambil sedikit jalan-jalan nantinya. Segera Adi melesatkan mobilnya untuk mencari tempat makan dan mengisi perut mereka berempat yang keroncongan. Setelah beberapa berputar-putar mereka berakhir di pinggir jalan juga, Taro dan ketiga temannya segera turun dari dalam mobil dan memasuki tempat makan itu.

Terlihat beberapa gerobak yang bertengger di sana dengan terpal yang menutupi barisan gerobak itu. Mereka lalu memilih sate sebagai makan malamnya, memang sebagai pelepas rindu juga. Karena sudah lama mereka berempat jarang makan sate di sana. Jimmy memesan empat piring sate dan empat gelas es teh manis. Mereka kemudian duduk di sana, sekitar mereka juga di tempati beberapa orang yang sedang makan malam saat itu.
“Di... Habis nih bisa anterin beli barang...?”

“Beli apa Ta...?” tanya Adi sambil menyetir.

No comments:

Post a Comment