“Ga mungkin lah, masa gue mau sama dia...”
“Ya sudah kalau gitu, jangan nyesel aja yah...”
“Ntah ini anak, sok jual mahal. Udah murahin dikit kek, tinggal bilang “ I Love You “ aja susah banget.” Yansen menyambung dari luar, dan pelayan lainnya hanya tertawa mendengar itu. Mereka sudah tau kalau Kiki selama ini menyukai Lily, terlihat dari gerakannya yang suka menggoda Lily dan terus mencari perhatiannya.
“Tuh... Temen-temen udah pada dukung, kapan lagi...” Taro menyambung perkataan Yansen.
“Udah ah... Ga penting banget ngomongin ginian...” Kiki lalu berdiri dengan berusaha menutupi perasaannya sendiri, Taro dan lainnnya ingin tertawa lebar. Mereka berusaha menahan tawa itu.
“Bentar lagi Lily ulang tahun lho...” teriak Yansen mengingatkan Kiki, saat itu Lily masuk ke dapur.
“Ngomongin gue...?” tanya Lily, Taro dan lainnya lalu meninggalkan mereka berdua di dapur. Kiki terus mencuci beberapa piring di sana.
“Mereka ngomongin apaan sih, Ki...?”
“Ga ngomongin apa-apa kok...” Kiki berkata demikian tanpa memandang ke arah Lily. Sedangkan Lily kebingungan melihat tingkah para pria itu. Kiki lalu melihat ke atas seperti memikirkan sesuatu sambil terus mencuci piring sisa. Waktu berjalan seperti biasanya, mereka bekerja melayani para tamu yang ingin makan. Jarum jam pendek terus berjalan dan menunjukkan angka empat saat itu, dan pengunjung juga sudah tidak ada lagi.
“Pren... Aku duluan yah...” Taro ingin pulang agak cepat saat itu, namun temannya hanya mengangguk. Mereka juga tidak ada kerjaan lagi saat itu, sedangkan Lily masih sibuk dengan keuangannya.
“Ki...!” Panggil Taro, dan Kiki melihat ke arah Taro. Taro hanya mengacungkan ibu jarinya, pelayan lain yang melihat itu hanya senyam-senyum.
Taro kemudian meninggalkan tempat kerjanya setelah melepas kostum tersebut. Taro langsung melesat ke kamar kosnya, dia berlari seperti dikejar sesuatu. Sesampainya di kamarnya, Taro segera mengganti celana panjangnya dengan celana pendek biasa dan dia juga melepas kemeja itu. Taro segera keluar lagi dari kamarnya. Dia langsung bergegas ke lapangan untuk bermain dengan Ricky dan lainnya, terlihat di sana mereka sedang bermain satu lapangan. Dan jumlah orangnya juga bertambah, tidak seperti sebelumnya yang susah jika ingin bermain.
Namun Ricky juga terlihat duduk di sana, sepertinya di barusan selesai bermain. Taro menghampiri Ricky dan memanggilnya, beberapa temannya juga memandang Taro. Taro duduk di sana dan berbincang-bincang, mereka bersiap untuk permainan selanjutnya. Mereka terus menunggu hingga giliran mereka tiba untuk bermain, Taro juga berkenalan dengan beberapa orang baru itu.
Mereka semua ada teman Ricky dan yang lainnya, waktu beberapa jam mereka habiskan untuk bermain di lapangan itu. Keringat terus mengalir membasahi kepala mereka masing-masing, namun itu tidak mengurungkan semangat mereka untuk terus bermain. Selesai bermain Taro beserta lainnya mulai duduk untuk meredakan lelahnya.
“Lama ga kliatan, ke mana aja...?” tanya Ricky karena jarang melihat Taro bermain bersama mereka lagi.
“Udah dapat kerjaan sih, jadi ga bisa main-main terus. Harus cari duit udah...” Taro menyeka keringatnya, mereka saling menanyakan kabar masing-masing. Hari juga tidak berhenti di sana, pastinya akan semakin gelap. Taro duluan beranjak dari sana, dia segera kembali ke kamar kosnya.
Taro menaiki tangga tersebut, beberapa penghuni kos lainnya juga ada yang baru turun dari sana. Kemudian Taro mengambil kunci dari saku celananya dan segera masuk ke dalam kamar. Di dalam kamarnya, Taro segera mengarah ke dapur untuk menuang segelas air minum. Setelah itu Taro menyiapkan beberapa pakaiannya, dia lalu mengarah ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dari keringat. Beberapa saat di kamar mandi, Taro mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
Namun dia sendiri belum selesai mandi saat itu, Taro segera mempercepat mandinya. Dia lalu mengeringkan badannya dengan handuk, dan segera mengenakan pakaian. Dengan tangan yang masih memegang handuk dan mengeringkan rambutnya, Taro membuka pintu. Mia sedang menunggu diluar saat itu, dia mengenakan tanktop biru muda dan celana tidur.
“Napa...?” tanya Taro dengan handuk yang masih di kepalanya. Mia hanya tersenyum saat itu.
“Ke kamar Mia bentar...” Taro bingung dengan itu, dia mengangguk dan masuk ke dalam kamarnya untuk menaruh handuk dan membetulkan rambutnya yang acak-acakan. Setelah itu Taro mengikuti Mia untuk kekamarnya, saat menginjakkan kaki di kamar Mia. Taro mencium aroma makanan yang baru selesai di masak. Dia makin penasaran dengan aroma tersebut, dan mereka berdua masuk ke dalam.
“Bentar yah...” Mia lalu meninggalkan Taro, dia menuju ke dapur untuk mengambil sesuatu.
“Cobain deh...” Mia menyuruh Taro untuk mencoba masakannya.
“Hmm...? Kok...?” Taro kebingungan sambil mengambil makanan yang dihidangkan Mia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment