Selesai dengan acara mandi, Taro segera mengelap tubuhnya dengan handuk untuk mengeringkan air yang masih membasahinya. Dia lalu mengenakan semua pakaian itu, dan tidak lupa untuk berbenah sedikit. Tentunya Taro sangat tegang saat itu, dia terlihat cemas sekali. Padahal hanya pertemuan biasa dan bukan bertemu dengan Barrack Obama.
Adi belum juga datang saat itu, Taro semakin cemas. Dia takut terlambat sampai di sana. Beberapa saat kemudian HP Taro berdering, Adi yang memanggil saat itu. Dia sudah ada di bawah dan menunggu Taro, Adi menyuruh Taro untuk turun saat itu. Taro lalu bergegas mengenakan sepatunya, lalu mengambil dompet dan segera keluar dari kamarnya. Setelah mengunci pintu kamarnya, Taro langsung mengarah ke bawah. Terlihat mobil Adi yang sedang bertengger diluar sana menunggu Taro. Taro lalu masuk ke dalam mobil itu dan mereka segera berangkat.
“Rapi Di... Abis darimana tadi...?”
“Oh... Tadi baru selesai dari acara temen, pas banget telponya.”
“Rapi nean Ta... Cuma ketemu doank kan...?” Taro tidak bisa menjawab pertanyaan itu, dia terlihat gelisah.
“Napa Ta...?” tanya Adi penasaran dengan gelagatnya Taro.
“Telat ga yah...?”
“Janjiannya emang jam brapa...?”
“Setengah lapan...” jawab Taro singkat, lalu Adi melihat jam tangannya sendiri sambil menggelengkan kepalanya.
“Santai aja bro... Sekarang baru jam brapa nih...”
“Takut kalau macet...”
“Telat-telat dikit ga masalah lah, emang harus ontime...?”
“Dulu emang bisa ontime terus Ta, tapi sekarang beda. Susah mau ontime di sini...” Mereka terus melaju ke tempat tujuan itu.
“Cuma nganterin Di...? Ga ikut...?”
“Ga ada kerjaan juga sih kalau langsung pulang, kemarin kata mereka acaranya agak malam. Jadi aku cuma bisa nganterin, ga taunya di majuin aga pagi. Ya udah...”
“Mau ikut ga...?”
“Ganggu...?” tanya sambil melihat jam tangannya.
“Apa hubungan...? Paling juga cuma ngomong-ngomong nantinya... Ikut ajalah, mana tau dia butuh tumpangan balik nanti.”
“Begh... Macam supir Ta...”
“Aku gantilah duit bensin...” waktu terus berjalan, dan Taro semakin cemas. Akhirnya mereka sampai juga, namun mereka tetap harus mencari tempat parkir juga. Setelah beberapa saat berputar mencari tempat parkir, akhirnya mereka dapat tempat. Adi segera memarkirkan mobilnya, mereka berdua lalu turun dan menuju tempat janjian itu. Taro dan Adi bergegas ke tempat tersebut, namun tidak terlihat Rita ada di sana. Adi melihat jam tangannya dan saat itu baru jam tujuh lebih sedikit. Masih ada beberapa menit lagi dari jam janjiannya. Adi terpaksa menemani Taro di sana menunggu Rita. Namun masih belum terlihat ada tanda-tanda Rita sudah datang.
“Masih lama Ta...?”
“Sabar... Cowok yang harus nunggu, bukan cewek.” Taro membela dirinya sendiri. Seketika kemudian seseorang menepuk bahu Taro dari belakang.
“Hei...” Taro menoleh ke belakang, dan Adi melihat gadis tersebut. Dia berambut panjang lurus, dan memakai kaos ala cewek berwarna putih dengan celana pendek biru. Dia juga memakai kacamata tanpa bingkai, dan tangan kanannya sedang memegang HP. Melihat kedatangan Rita, Taro terang menjadi tambah canggung. Di tambah lagi dengan penampilan Rita yang sudah banyak berubah dari dulu.
“A... Itu...” Taro mulai tergagap-gagap.
“Hai juga... Pa kabar...” Adi memulai pembicaraannya, melihat Taro yang sangat menyedihkan seperti itu. Untung dia ikut bersama Taro, kalau dia tidak ikut dengan Taro entah jadi apa Taro nanti. Pikirnya dalam hati.
“Kamu ngapa...?” tanya Rita bingung melihat sikap Taro.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment