Sunday, 26 April 2009

LOST Chap 71

“Ya dah... Aku temenin aja, udah malam gini juga. Mia juga pake baju kek gitu, bahaya...” Mia lalu mengangguk, mereka berdua segera mengarah ke stokis terdekat. Kendaraan juga masih banyak yang berlalu lalang malam itu, benar- benar tidak ada matinya kota itu. Sampai juga Mia ke stokis itu, dia langsung membeli pulsa, Taro dan Mia duduk di kursi yang di sediakan oleh penjual itu. Mia kemudian membeli pulsa seratus ribuan, penjual itu lalu mengirimkan pulsa ke nomor Mia. Setelah itu mereka langsung beranjak dari stokis, di tengah jalan Mia membuka pembicaraan duluan.

“Tadi ngapain aja...?”

“Gitu-gitu lah... Mia...? Langsung pulang yah tadi...?”

“Dia ada di panggil sama bonyoknya, ga tau juga ngapain. Mungkin urusan kantor...”

“Berat juga yah jadi pengusaha muda... Kerepotan kalau diliat-liat, tapi kalau udah beduit kek gitu mayan enak juga sih...”

“Mank Tata ga niat cari kerja yang lebih baik...?”

“Ini sih sebenernya cuma batu loncatan, aku pengen kerjaan yang benar-benar ngehasilin juga sih...”

“Iya sih... Masa mau jadi bawahan terus...” sambung Mia sambil mengutak-atik HP nya.

“Bawahan sih ga gitu masalah, banyak kok bawahan yang jadi pemimpin ujung-ujugnnya...”

“Tergantung hoki juga la yah...” balas Mia tertawa kecil, mereka sampai juga ke depan kos itu. Tanaman seperti semak itu melambai terus karena ditiup angin malam. Mia dan Taro segera naik ke atas dan menuju kamar masing-masing, namun Mia masih ingin ditemani oleh Taro. Memang sudah kebiasaan gadis yang satu ini, manja dan ingin selalu di temani hingga dia ngantuk sendiri. Namun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Taro hanya bisa menemani Mia sebentar saja, karena di juga harus kerja besoknya. Mereka lalu berdiri dan bersender di teras memandang sekeliling yang sudah gelap. Namun lampu di depan kos mereka bisa memberi pencahayaan yang cukup, terlihat beberapa anak yang ngekos di sana juga baru pulang. Malah masih ada yang baru keluar kamar malam itu.
“Ngapain yah...?” tanya Mia bingung.

“Lha...? Mia yang minta di temenin, kok malah bingun sendiri. Kalo ga ada hal penting aku tidur nih...”

“Bisnya lom ngantuk juga, tanya-tanya aja yuk...”

“Serah Mia sih... Kan yang mau ditemenin Mia...”
"Kek maen teka-teki nih..." bisik Taro dalam hati.

“Hmm...” mereka kemudian berbincang tentang hal yang disuaki dan hal yang tidak disukai, hingga waktu yang bisa membuat Mia ngantuk sendiri. Taro juga sudah tidak kuat lagi menghadapi Mia yang suka bergadang. Taro sudah mulai menguap terus karena ngantuk, sedang Mia malah makin asik bercerita tentang kesukaannya. Waktu yang ditunggu Taro terkabulkan juga, Mia mulai menguap saat itu.

Menandakan dia sudah ngantuk, Taro mengambil kesempatan tersebut untuk menyudahi percakapan mereka. Dan dia berhasil, Taro lalu membelai kepala Mia, dan mereka masuk ke kamar masing-masing. Taro segera mengunci kembali pintunya, dia lalu membuka kemeja dan masih memakai kaos. Dia lalu segera masuk ke kamar mandi dan mencuci kakinya, lalu Taro mengambil celana pendek untuk menggantinya, setelah Taro selesei berberes dia langsung mematikan lampu kamar dan segera melempar dirinya sendiri ke atas tempat tidur.

Cepat sekali anak ini terlelap, mungkin dia sudah kecapean dari tadi. Bahkan harus mengitari mall saat itu benar-benar membuat dia menyerah. Beberapa jam dilalui Taro dengan terlelap, hingga pagi tiba juga dan dia harus ke tempat kerja. Begitulah kehidupan dia sehari-hari, pagi pergi kerja. Cari sarapan lalu makan siang, sorenya pulang ke rumah dan mandi. Malamnya menemani Mia untuk berbicara. Namun terkadang Mia pergi dengan Richard untuk jalan-jalan, jadi Taro bisa mampi ke warnet dan terkadang dia pergi ke toko kecil untuk membeli telur, sayur, beras, DLL. Terkadang Taro masak sendiri untuk sarapan, atau kadang dia juga memasak untuk dibawanya ke tempat kerja sebagai bekal makan siang.

Lebih murah ketimbang harus cari makan terus, mie instant sudah jarang dia makan. Namun sesekali dia tetap mengkonsumsi makanan tersebut. Dia bisa menanak nasi, menggoreng telur, memasak sayur hijau. Namun dia belum mengerti bagaimana cara membuat masakan yang lebih sulit. Tapi sepertinya itu cukup untuknya, tidak perlu makanan yang “wah” untuk sementara waktu juga bukan hal yang merugikan.
Setiap hari dilewatinya terus dengan perasaan makin tegang, dan sampailah hari penantian itu. Dia sudah janjian dengan Rita untuk bertemu di suatu tempat. Saat itu dia benar-benar membutuhkan pertolongan Adi untuk mengantarnya ke tempat tersebut. Sebelum Taro selesai dari kerjanya, dia segera menghubungi Adi.

Beberapa menit kemudian Taro sudah selesai dari tempat kerjanya, dia lalu bergegas pulang dari tempat kerjanya itu. Taro lalu masuk ke dalam kamarnya, sebelum itu dia menyiapkan beberapa pakaian yang akan dikenakannya saat bertemu dengan Rita. Dia juga mengabarkan Adi kalau misalnya sudah sampai dan pintu terkunci maka Taro sedang mandi saat itu. Setelah selesai dengan itu semua, Taro mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia tentunya ingin tampil baik untuk bertemu dengan Rita, beberapa menit dihabiskan dikamar mandinya.

No comments:

Post a Comment