Sunday, 26 April 2009

LOST Chap 70

“Hajar...” sambung Adi ketika sudah duduk di sana. Sedangkan Jimmy mengeluarkan rokok dari saku celananya dan di taruh di depan layar, sayangnya dia tidak bisa merokok dalam ruangan tersebut.

Mulailah mereka menggila saat memasuki program permainan itu, Taro juga menghubungi teman lamanya yang masih ada di tempat asalnya. Mulailah mereka berkumpul dan bermain bersama, permainan pun dimulai. Seperti permainan berperang, mereka harus menghancurkan benteng musuh. Taro bersama lainnya bermain dalam satu kelompok, mereka bisa dibilang cukup kompak juga.

Meskipun sudah jarang bermain, terkadang teman Taro yang berasal dari tempat asalnya membuat lelucon dengan permainan mereka. Namun Taro yang sudah masuk ke dalam permainan juga terlihat serius, dan Jimmy tentunya. Yang tadi menyombongkan diri juga memperlihatkan permainan yang bagus. Sedangkan Adi yang mengaku sudah lama tidak main lagi juga masih memperlihatkan kemampuannya yang masih ada. Waktu hampir satu jam mereka pakai untuk bermain permainan itu.

Selesai dengan permainan tersebut, Taro sedikit berbincang dengan teman lamanya lewat program tersebut. Setelah puas dengan permainan itu, Taro dan lainnya tidak langsung pulang. Mereka membuka situs jejaringan dan mulai menghubungi teman-temannya juga. Taro juga membuka program untuk chatting, setelah tersambung dia melihat bahwa Rita juga sedang On-Line. Tanpa ragu Taro langsung memilih Rita untuk saling berbicara.

“Hidup oi...” Kata Taro kepada kedua temannya.

“Sapa...?” tanya Jimmy melihat layar Taro.

“Hu... CLBK nah...” sambung Jimmy mulai menjahili Taro dengan perkataannya.

“Ajak ngomong la Ta... Kapan-kapan ajak ketemuan gitu, ngomong baek-baek aja. Jangan kelewat cemas, masa uda selama ini masih dendam.” Taro tersenyum mendengar pendapat Adi. Taro memulai pembicaraan dengan Rita, tanggapan baik ternyata didapat Taro.

Rita membalas pesan Taro juga sudah mulai cepat. Mereka lalu terus berbincang-bincang, Taro terus menanyakan keadaannya di sana. Dan terus bilang agar Rita terus menjaga dirinya sendiri. Mereka kemudian saling bertukar pendapat tentang cita-cita masa depan nantinya. Dan Taro terkejut melihat pendapat Rita yang sudah sangat dewasa, dia tidak ingin bergantung pada pria.

Kalau bisa Rita ingin berhasil dengan kemampuannya sendiri, dan tidak mengandalkan orang lain untuk kehidupannya sendiri. Sekian lama bertemu Taro merasa Rita sudah banyak berubah dari pertemuan mereka yang pertama kali, dia malu kepada dirinya sendiri yang kurang bisa mengerti keadaan selama ini. Waktu selalu disia-siakan untuk merenungi nasibnya selama ini. Namun setelah dipikir-pikir dia ternyata bodoh sekali jika melakukan itu. Hidup masih panjang, berpisah memang menyedihkan. Namun berpisah dengan seseorang yang dicintai bukanlah akhir dari hidup. Jika terus berusaha mungkin akan mendapatkan orang tersebut lagi. Sekarang itu yang membuat Taro kembali bersemangat.

Dan Rita juga saat itu memberikan sedikit dukungan, dia berkata agar jangan terus bersedih. Nikmati aja hidup ini, karena hidup itu indah jika dinikmati. Wajah Taro cengar-cengir sendiri saat berbicara dengan orang yang diharapkannya itu, dengan tangan gemetaran. Taro memberanikan mengetik sesuatu kalimat yang mengajak Rita untuk bertemu di suatu tempat. Tanggapan positif juga didapat oleh Taro, Rita juga ingin bertemu dengan Taro. Dia penasaran dengan Taro yang sekarang bagaimana, karena uda berapa tahun belakangan mereka tidak pernah bertatap muka lagi.

Taro pun demikian, dia sangat penasaran dengan Rita yang sekarang. Mereka saling membayangkan keadaan masing-masing dan digambarkan sesuka mereka. Taro dan Rita saling berbalas pesan tentang gambaran mereka masing-masing. Di tentukan juga tempat dan hari untuk bertemu. Taro bersemangat sekali saat itu, walaupun dia harus menunggu beberapa hari untuk bertemu.

Taro kemudian bertanya kepada Adi apakah dia senggang pada hari tersebut, dan apakah dia bisa untuk mengantarkan Taro pada hari tersebut. Adi hanya menjawab, apa sih yang tidak buat Taro. Kesepakatan terbentuk, mereka akan bertemu pada hari dan tempat yang di tentukan itu. Namun Adi juga bilang bahwa dia hanya bisa membawa Taro ke tempat tersebut, namun itu sudah cukup buat Taro. Karena dia bisa pulang sendiri nantinya. Jam terus berjalan dan hari semakin larut, mau tidak mau mereka harus segera pulang ke tempat masing-masing.

Taro tidak lupa mengucap salam sampai jumpa saat itu kepada Rita. Kemudian dia mulai menutup semua program itu bersamaan dengan kedua temannya, mereka mengarah kepada orang yang menjaga warnet tersebut dan segera membayarnya. Kali ini mereka tidak lagi dibayari oleh tuan muda. Setelah itu mereka bertiga keluar dari tempat tersebut dan masuk ke dalam mobil. Tujuan pertama adalah membawa Jimmy pulang ke dalam kandangnya lagi, karena rumahnya dekat dari tempat itu. Setelah itu baru Taro, dan Adi pulang dengan sendirian.

Taro lalu diturunkan di depan komplek kosnya saja, karena Adi malas kalau harus mutar-mutar atau atret di dalam. Taro lalu berjalan lurus mengarah ke tangga untuk naik ke lantai dua. Seketika dia berhenti dan menepuk keningnya sendiri. Dia lupa untuk meminta nomor HP Rita untuk dikonfirmasi apakah jadi atau tidak, Taro juga masih cemas kalau misalnya mereka jadi bertemu dan bertatap muka. Dia terus berjalan dan menaiki tangga itu satu per satu, sesampainya di atas terlihat Mia keluar dari kamarnya seperti ingin pergi kemana. Taro terus berjalan mendekati Mia, dan Mia baru sadar kehadiran Taro ketika dia selesai mengunci pintunya.

“Eh Tata... Baru pulang...?”

“Baru mau pergi sih rencananya... Dah tau nanya...” jawab Taro bercanda.
“Mia malam-malam gini mau kemana...?”

“Cari pulsa doank, pulsa Mia habis. Repot juga kalau besok lagi perlu pake pulsa...”

No comments:

Post a Comment