“Dah mendingan kok...” Jimmy kemudian menggantikan tempat Taro, dia tidak bermain lagi dan hanya menonton Adi dan Jimmy yang bermain. Dia masih mengetuk kepalanya pelan, dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri tadi. Perlahan Taro sudah mulai bisa tenang lagi, rasa itu tidak lagi membuat dia harus menahan sakit. Dia kembali bermain dengan kedua temannya, sedang Jimmy yang digantikan Taro masih sibuk menerawang sekeliling untuk mencari pemandangan yang bagus.
“Besok kerja juga...?” tanya Adi yang sedang bermain dengan Taro, Taro hanya mengangguk. Tidak ada hari libur jika bekerja di rumah makan seperti itu. Kecuali hari besar yang memang diharuskan untuk berlibur. Mia lalu datang dengan Richard, mereka menghampiri Taro dan lainnya.
“Kami duluan ga apa-apa kan...?” tanya Mia.
"Udahan...? Cepet amit... Ya udahlah, kami juga masih bentar lagi di sini. Hati-hati di jalan yah...” sambung Jimmy, seharusnya Taro yang menjawab pertanyaan itu.
“Duluan...” Richard mengangkat tangannya, mereka berdua lalu pergi meninggalkan Taro. Puas dengan permainan mereka, Taro dan lainnya melanjutkan perjalanannya mengitari mall tersebut. Rasanya mereka juga mulai bosan kelamaan di sana, Jimmy juga tidak beraksi seperti biasanya. Terlintas di pikiran Taro untuk mencari tempat istirahat, sekalian melepas dahaga mereka.
Taro dan lainnya lalu mencari tempat tongkrongan untuk membeli minuman. Di dalam sana mereka langsung mencari tempat duduk, sedang Jimmy yang bertugas memesan. Di tempat duduk terlihat Taro dan Adi yang saling berhadapan.
“Udah brapa lama pacarannya...?” tanya Taro duluan tentang hubungan Adi dan pacarnya.
“Hmm... Baru juga sih... Moga-moga bisa tahan lama lah...”
“Didoain...”
“Masih belum dapat petunjuk Ta...?” Taro menggelengkan kepalanya.
“Memang bukan hal mudah cari satu orang di sini, apalagi ga tau alamatnya... Ngarapin hokilah...”
“Memang hoki-hokian juga sih... Liat nantilah jadi gimana, aku juga masih lom gitu siap kalau ketemu.”
“Minuman datang...” Jimmy datang dengan menenteng minuman, ditaruhnya minuman itu di meja. Taro dan Adi mengambil bagian mereka sendiri.
“Ngapain lagi habis nih...?” tanya Adi mengambil sedotannya yang ada di dalam wadah, dia lalu menghisap minumannya.
“Lama ga maen warnet kan, kita...? Mau...?”
“Uda banyak berkembang belom Ta...? Udah jadi master nih aku...” sambung Jimmy membanggakan dirinya sendiri.
“Hayuk lah... Ada master juga, mau main lagi Di...?”
“Lama uda ga main gituan Ta... Entah masih bisa atau ngga...”
“Main-main aja lah, menang kalah urusan belakangan...” mereka lalu berbincang sebentar di sana sambil menikmati minuman mereka sendiri. Setelah habis dengan minuman mereka, segera mereka pergi ke arah parkiran dan menuju ke mobil Adi. Dengan tujuan yang mengarah ke warnet, sudah lama mereka tidak main bersama hingga saat itu.
Mobil itu dinyalakan, dan mereka menuju ke warnet yang bagus untuk bermain game online. Hari sudah gelap, dan lampu jalan dinyalakan. Sinar matahari sudah berganti terang bulan dan ditambah dengan kemerlap lampu-lampu bangunan sekitar yang membuat kota tersebut menjadi terang. Seperti biasa, kegaduhan di dalam mobil mereka tidak bisa dihindar. Mereka membicarakan hal yang aneh hingga membuat mereka tertawa sendiri, cerita-cerita masa lalu mereka juga terungkit lagi.
Lama berselang, kegaduhan di dalam mobil berhenti juga. Karena mereka sudah sampai di warnet tersebut. Mesin mobil dimatikan, mereka bertiga lalu turun dari mobil tersebut. Suasana di luar juga ramai karena banyak pengguna jasa warnet yang sedang nongkrong diluar untuk bercakap-cakap dengan temannya. Atau sambil merokok, karena mereka sengaja mencari warnet yang dilarang merokok di dalamnya
“Akhirnya sampai juga...” Kata Taro ketika di depan pintu warnet itu, mereka lalu membuka pintu warnet. Suasana langsung berubah seketika, suara teriakkan orang-orang yang sedang bermain saat itu. Memang tidak begitu memekakkan telinga, tapi itu sudah menjadi ciri khas anak warnet yang kalau tidak teriak maka tidak puas. Mereka segera mencari komputer yang bisa digunakan, segera mereka duduk di sana untuk bermain bersama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment