“Mana lagi habis nih...?” tanya Jimmy kepada Taro dengan tangannya yang masih memegang cangkir kosong berisikan sisa es batu dan beberapa bulir jeruk.
“Entah... Serahlah... Aku sih ngikut aja...”
“Adi lagi sibuk...? Kalau ga sibuk ajak dia aja jalan-jalan.”
“Ga tau juga yah... Coba aku kontek dulu tuh anak.” Taro lalu mengeluarkan HP nya dan menelpon Adi, beberapa saat kemudian Adi mengangkat panggilan Taro. Taro menanyakan apa Adi bisa ke sana, dan jawaban yang mereka nantikan akhirnya terkabulkan juga.
Adi memang lagi senggang, dia juga ga tau ingin melakukan hal apa. Jadi dia menyetujui ajakan Taro, Taro dan Jimmy harus menunggu di kos. Karena Adi akan menjemput mereka di sana. Setelah selesai berbicara, Taro memanggil pelayan yang lewat di sampingnya. Dia menunjuk meja sebagai tanda untuk dihitung pesanan mereka. Pelayan itu lalu mulai bernego dengan mereka, dia menghitung satu per satu makanan yang mereka lenyapkan itu. Harga mati ditetapkan oleh pelayan itu, Taro dan Jimmy serempak mengeluarkan dompet dari saku celana mereka. Namun Taro mengeluarkan uang seratusan ribu duluan dan membayar kepada pelayan itu. Belum pelayan itu mengambil uang Taro, Jimmy dengan cepat mengambil uang Taro. Dibantingnya uang Taro ke depan Taro. Dia mengeluarkan seratusan ribu dan memberikannya kepada pelayan.
“Ini aja mas, itu tadi duit palsu... Jangan di terima...” Pelayan itu hanya tersenyum-senyum, Taro mengambil kembali uangnya dan dimasukkan ke dalam dompet. Dia mengedipkan matanya sekali sebagai tanda lega, Taro tidak harus mengeluarkan uang sepeserpun untuk membayar makanan itu.
Inilah salah satu keuntungan jika keluar dengan Jimmy, hampir setiap acara makan dia yang bayar. Kalau di restoran tidak lagi menggunakan cash, mainannya kalau makan di restoran dengan gesek-gesek kartu. Pelayan itu lalu kembali lagi membawakan sosok dan diberikannya kepada Jimmy. Mereka berdua lalu berdiri dan segera kembali kekos Taro untuk menunggu Adi yang datang menjemput mereka. Mereka berdua keluar dari rumah makan padang tersebut, Jimmy lalu memasukkan dompetnya lagi kedalam saku celana. Setelah itu dia mulai memencet-mencet HP nya. Wajarlah sebagai boss muda pasti banyak yang mencari. Mereka bergegas kembali ke kos itu walaupun Adi masih lama sampai di sana, dan mereka berdua duluan sampai ke kamar Taro.
Sesampainya di kamar Taro, Jimmy menganggap itu sebagai kamarnya sendiri. Dengan cepat dia berbaring di tempat tidur Taro. Taro pun tidak melakukan itu, dia masuk ke kamar mandi dulu untuk mencuci kakinya. Memang benar-benar Jimmy menganggap itu sebagai rumahnya sendiri, remote AC yang ada di dekat dia. Diambilnya dan dinyalakannya AC itu, betapa nyamannya dia karena AC itu berhembus ke arah dia. Taro lalu keluar dari kamar mandi dan mengelap kakinya sendiri dengan keset yang terletak di depan kamar mandi itu. Sebagai anak pria kamar Taro bisa dibilang rapi juga, tidak begitu brantakan saat itu. Dia lalu berjalan ke arah meja dan meletakkan HP dan dompetnya. Memakan waktu yang lama juga mereka menunggu Adi hingga sampai ke sana, mungkin dia terkena macet di jalan. Jimmy dan Taro lalu berbicang-bincang, Jimmy menanyakan kehidupan Taro.
Dia menceritakan bahwa kehidupannya di sini tidak begitu buruk, malah dia bilang takdir yang mengharuskan dia untuk tinggal sendirian di kota besar ini. Sedangkan Jimmy menceritakan kalau usahanya makin besar saja dari waktu ke waktu. Tidak rugi juga dia putus sekolah, namun begitu dia juga ingin bersekolah lagi dan mendapatkan ijazah SMA nya. Tapi sepertinya itu akan susah, karena dia yang meneruskan usaha ayahnya yang sudah meninggal itu. Beberapa lama mereka berbincang-bincang, seseorang menggedor kamar Taro dari luar.
“Datang juga tuh anak...” Kata Taro sambil berdiri, dia mengarah ke pintu untuk membukakannya. Taro lalu memutar kunci tersebut dan membuka pintu kamarnya. Memang benar Adi sudah sampai, tapi dia mengenakan pakaian yang terlalu formal. Kemeja putih dan celana jeans berwarna gelap. Rambutnya juga di wax, pokoknya dia berdandan habis-habisan saat itu. Sedangkan Taro dan Jimmy hanya mengenakan kaos dan celana pendek plus sandal jepit.
“Habis dari mana Di...?” tanya Taro yang melihat penampilan Adi serapi itu.
“Hoki kalian, tadi cewek aku minta di antar pulang. Jadi bisa main sama kalian nantinya, jadi...? Sekarang mau ke mana...?”
“Jim... Mau ke mall atau main-main...?”
“Serah kalian lah... Aku sih nebeng aja...”
“Tunggu bentar yeh... Ganti celana dulu, baru hepi-hepi kita nantinya.”
“Jim... Mau pinjam celana panjang...?” Jimmy hanya mengangguk saja, Taro lalu membuka lemarinya dan mengambil celana panjang yang akan dipakainya. Taro dan Jimmy hanya mengganti celana mereka saja, namun mereka tetap mengenakan kaos. Taro lalu masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti celananya. Jimmy lalu mendekati lemari Taro dan memilih celana panjang yang ingin dikenakannya, dia lalu mengambil satu. Tanpa pikir panjang dia langsung mempeloroti celananya sendiri dan mengenakan celana Taro.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment