Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 64

“Oit...!” panggil Kiki yang menepuk bahu Taro, Taro hanya melihat ke belakang. Dia lalu menggelengkan kepalanya.

“Ngapa geleng-geleng...?”

“Ga ada apa-apa, bantu apa gitu kek daripada cuma ngagetin orang pagi-pagi.”

“Ada kabar bagus nih...” Taro diam sebentar dan melihat ke arah Kiki, dia hanya mengoyangkan kepalanya untuk bertanya apa kabar bagusnya.

“Hari ini balik cepet, paling tengah hari udah selesai kita.”

“Itu...?” tanya Taro singkat, Kiki mengangguk-angguk seperti ayam.
“Mank ada apaan...?”

“Ga tau juga sih, kata Pak Bernard hari ini tutup aja tengah hari....”

“Kok gitu...?”

“Mana kutempe... Dia udah ngomong kek gitu, ya udah...” Kiki lalu meninggalkan yang lainnya tanpa membantu. Sedangkan Lily yang ada di meja kasir masih menghitung total uang kemarin. Dia lalu menghampiri Taro dan menepuk bahunya juga.
“Cara sapa pelayan di sini tuh gitu yah...?” tanya Taro memegang bahunya yang sakit, karena Lily memukul tidak memakai perasaan. Hanya ada emosi dalam telapak tangannya, bagaikan tapak setan.

“Hari ini ada acara...?” Taro menggelengkan kepalanya.

“Jalan-jalan yuk... Kemana gitu...” Lily mengajak Taro untuk berjalan.
“Kaki aku ga sanggup kalau itu...” Penolakan secara tidak langsung dilontarkan Taro, dia takut akan di bawa keliling satu mall untuk menemani Lily yang ingin menghabiskan uangnya.

“Paan sih... Kalau ga mau bilang aja ga mau...”

“Bukan ga mau Li... Tapi... Yah... Gitu deh...”

“Ga ada uang gitu...?” pertanyaan yang sangat menyudutkan, mendengar itu Taro tersentak sejenak.

“Hari ini banyak waktu, aku juga pengen belanja ini itu dulu. Buat keperluan rumah...”

“Bapak rumah tangga...?” tanya Lily kecil.

“Hm...?” Taro tidak mendengar perkataan Lily barusan.

“On air... Ga bisa diulang, ya udah kalau gitu. Gue ngajak orang lain aja palingan.” Lily meninggalkan Taro, dan sepertinya pekerjaan juga sudah beres. Taro mengarah ke dapur untuk mengenakan kostum seperti biasanya. Manusia jeruk menunggunya di dapur. Taro lalu mengambil celemek itu dan dikalungkan di lehernya, setelah itu dia mengikat tali yang ada di celemek itu mengitari pinggang. Tibalah Taro si manusia jeruk yang akan melayani para konsumen yang butuh minuman.

Sudah ada beberapa konsumen yang datang untuk sarapan pagi, mereka sudah disibukkan pagi itu. Beberapa jam berlalu tanpa terasa, memang kalau sudah terpaku pada pekerjaan. Waktu terasa akan cepat berlalu begitu saja. Mereka sudah diizinkan untuk pulang, karena hari itu boss dari rumah makan tersebut mengatakan untuk tutup tengah hari. Setelah selesai melayani semua konsumen, Taro dan lainnya sibuk melepaskan celemek itu dan ingin segera pulang. Namun Lily masih sibuk di meja kasir menghitung keuangan, rambutnya juga diikat kebelakang saat itu. Pelayan yang lain sudah pada berhamburan keluar dari rumah makan tersebut, tinggal Taro dan Kiki yang masih ada di dapur.

Mereka juga lalu keluar dari dapur untuk segera pulang, Taro saat itu berjalan di belakang Kiki. Muncul niat Kiki yang iseng karena melihat rambut Lily terikat. Dia lalu menarik rambut itu dan segera menghindar agar tidak terkena tamparan maut. Lily yang terkejut spontan mengangkat tangan kanannya untuk memukul Kiki. Namun karena Taro yang saat itu berjalan di belakang Kiki menjadi korban amarah Lily. Tangan belakang Lily menampar wajah Taro, dan mengenai bibirnya. Spontan Taro memegang bibirnya yang kesakitan karena tamparan barusan.

“Ah... Maaf-maaf... Ga sengaja...” Taro hanya melambaikan tangannya kepada Lily sebagai tanda di tidak apa-apa. Namun tangan kirinya terus memegang bibirnya yang kesakitan. Sedangkan Kiki sudah lenyap dari pandangan mereka berdua.
“Aduh... Aduh... Sakit...?” Tanya Lily panik karena ulahnya sendiri.

“Udah tau sakit masih nanya juga...” bisik Taro dalam hatinya.

No comments:

Post a Comment