Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 63

“Masa sekolah yah...? Pengen balik sekolah lagi jadinya, bis bisa becanda terus. Kalau ulangan mulai deh semua trik keluar. Yang lucunya lagi temen aku cewek buat contekan di pahanya. Bener-bener kacau dah...” Kata Taro tertawa ketika mengingat masa sekolahnya dulu.

“Bisa kenal dengan mereka gimana ceritanya...?”

“Kalau Jimmy sih temen pas SD, kalau Adi ketemunya pas SMA. Dia pindah sekolah waktu itu. Yah... Akrab-akrab doank kok sampe sekarang, cuma si Jimmy itu yang ga brubah. Sama sekali autis...”

“Autis...? Maksudnya...?”

“Mia lom bareng dia aja yah... Tampang sih OK, tapi ga didukung ama sikap yang cool atau tenang gitu.”
“Kalau lagi pergi-pergi pasti dia paling aktif, ga tau deh isi otaknya apaan.”

“Hiburan juga sih ada temen kek gitu...” kata Mia sambil tersenyum.

“Hiburan sih hiburan, kadang malu juga jalan sama dia. Pura-pura ga kenal aja palingan, ketemu cewek maen kenalan aja langsung gitu. Ga pake basa-basi lagi. Asli, mental baja bener tuh anak.”

“Kalau sama Richard susah...” Kata Mia sambil memonyongkan sedikit bibirnya.

“Di ajak keluar susah banget, coba ngertiin aja. Bis dia juga sibuk ngurusin kerjaan orang tuanya.”

“Bagus donk kalau Mia bisa ngertiin dia, susah lho kalau di posisi dia. Aku yakin dia juga pasti pengen keluar sama Mia terus, orang tua uda setuju kan tapi...?”

“Waktu itu sih ada ketemu mamanya, ga masalah katanya. Tapi lom ketemu ama papanya, keknya ceyem yah...”

“Biasa aja lagi, kalau cewek ketemu calon mertua ga gitu cemas. Kalo cowok ketemu ortu pacarnya, pasti deg-degan gitu.”

“Mank Tata pernah gitu ketemu ortunya...?”

“Ketemu mamanya doank, itu aja udah cemas. Takut ga setuju atau diusir...” jawab Taro sambil tertawa mengingat kejadian dulu saat dia bertemu dengan mamanya Rita. Mereka terus bercerita tentang kejadian dulu, bagaimana sekolah mereka masing-masing. Dan kenangan saat masih di sekolah bagaimana mereka menyontek, dihukum, sampai bolos. Memang sebuah masa muda yang terlalu gila namun menyenangkan jika diingat kembali.

Jam dinding terus berputar berulang kali, mereka sama sekali belum lelah berbincang. Mia juga sudah mulai cerewet, Taro hanya mendengarkan Mia bercerita tentang masa lalunya. Bagaimana dia pergi berlibur keluar negri sendirian dan bersama kedua orangtuanya. Dia juga bercerita bagaimana bisa bertemu dengan Richard lalu mereka jadian. Beberapa kenangan masa lalu yang masih segar untuk diceritakan kepada orang-orang. Taro lalu berdiri sebentar lalu pergi kedapur, tentunya dia tidak ingin membuat tamunya berbusa karena kebanyakan cerita. Dia menuangkan segelas air untuk Mia. Setelah itu Mia melanjutkan cerita tentang dirinya selama ini, Taro tetap menjadi pendengar setia. Melihat Mia yang begitu antusias untuk bercerita, sama sekali Taro tidak ingin memotongnya.

Cerita Mia terpotong di tengah jalan karena HP nya berdering, ada sebuah SMS yang masuk. Itu dari Richard, dia bertanya kepada Mia apakah dia ada acara keesokan malamnya. Richard bermaksud membawa Mia untuk pergi makan malam bersama. Mia hanya mengiyakan saja ajakan tersebut, dia ingin bercerita lagi. Namun setelah melihat jam yang ada di HP nya, Mia mengurungkan niatnya untuk bercerita. Karena dia juga tau bahwa Taro harus bekerja keesokan paginya.

“Ya udah... Mia balik dulu... Ngantuk juga...” Taro hanya mengangguk, mereka berdua lalu berdiri dan Taro mengantarnya hingga ke pintu. Sepertinya Mia sudah tidak bertingkah seperti anak kecil lagi, biasanya dia selalu manja sehabis berbicara dengan Taro. Namun kali ini dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Taro lalu mengunci pintu kamarnya, dia berjalan mengarah ke kamar mandi untuk menyikat giginya. Taro pengambil gosok gigi tersebut, lalu mengoleskan pasta giginya. Dia mulai menyikat giginya malam itu, setelah itu semua Taro langsung beranjak ke tempat tidurnya. Malam berjalan seperti biasa, bulan selalu meminta matahari untuk menggantikan tempatnya.

Pagi yang cerah sudah menunggu mereka, Taro terbangun dari tidur lelapnya. Dia melakukan kehidupan yang rutin, padahal Taro tidak menyukai kehidupan yang rutin seperti itu. Dia lebih menyukai kehidupan yang dinamis dan penuh warna, tapi apa bisa dikata. Dia masih harus bertahan sendiri dan mencoba mencari nafkah untuk mandiri. Dia mengambil handuk dan pakaiannya, segera Taro masuk kedalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang baru bangun dari tidur itu. Selesai dari kamar mandi, Taro segera menyisir rambutnya. HP dan dompet yang terletak di atas meja segera diambilnya, Taro menyelipkan dompet itu kedalam saku celananya. Dan dia menggenggam HP nya sambil mengarah keluar untuk bekerja.

Dia melihat kamar Mia yang masih tertutup rapat, sepertinya Mia juga belum bangun dari tidur lelapnya. Taro tersenyum karena membayangkan air liur yang membasahi bantal Mia. Dia terus berjalan dan menuruni tangga itu, Taro berpas-pasan dengan beberapa penghuni lainnya yang akan berangkat kerja atau sekedar pergi tersebut. Palingan mereka hanya tersenyum untuk tegur sapa, memang ada beberapa yang menunjukkan wajah seram juga sih. Dia lalu berjalan terus hingga ke tempat kerjanya itu, di sana terlihat para pelayan sedang sibuk menurunkan kursi dan mengelap meja. Taro segera masuk, dan tanpa menggunakan celemek seperti biasanya. Dia membantu mereka dulu untuk berbenah, namun Kiki datang dari belakang dan menepuk bahu Taro.

No comments:

Post a Comment