Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 59

“Maksud Mia aku bodoh gitu...?” tanya Taro dengan tawa kecil kepada Mia, Mia juga membalasnya dengan tawa kecil.
“Kamu ini...” Taro memukul pelan kepala Mia.

“Ya udah... Mia pulang dulu yah...”

“Hati-hati di jalan yah Mia...?” mendengar itu Mia jadi kebingungan.

“Kamar kami kan cuma sebelahan...” Bisik Mia dalam hati sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Mia membuka pintu kamar Taro dan segera keluar. Dia lalu mengeluarkan kunci dari saku celananya dan membuka pintu kamarnya sendiri, Mia segera masuk kedalam kamarnya. Dia lalu bejalan menuju ke meja belajarnya. Di sana dia duduk termenung memikirkan tentang percakapan mereka. Mia mulai berangan-angan sendiri dalam pikirannya.
“Kutub...” bisik Mia dalam hatinya.
“Tempat wisata yang aneh...” dia segera mengambil buku diary dan menulis beberapa kalimat di sana. Setelah itu dia mematikan semua lampu dan segera terlelap di atas tempat tidurnya. Sedangkan Taro masih mengutak-atik HP nya sendiri, dia tidak ada kerjaan saat itu. Dia bermain game sudoku di HP nya, hingga dia mengantuk sendiri dan langsung tidur.

Keesokan harinya Taro kembali harus bekerja seperti biasanya, dia sudah bersiap dengan penampilan kerjanya. Di tempat kerjanya yang sudah mulai sediit ramai dari biasanya. Taro terlihat ikut sibuk, walaupun sebenarnya tidak harus sampai seperti itu. Dengan slayer yang menutup kepalanya dan celemek yang menghiasi tubuh Taro. Beberapa konsumen sempat tersenyum kecil melihat penampilan Taro yang seperti itu. Dia tidak terus berada di dapur saat itu, pelayan lainnya juga ikut mondar-mandir mengantarkan pesanan para tamu. Rumah makan itu menunjukkan sedikit perkembangan dari hari biasanya.

Taro yang sibuk bekerja sepertinya bisa melupakan semua kesedihan sejenak, dia tidak sempat bersedih jika tidak ingin terlambat dengan pesanan para konsumen. Setelah lama bekerja akhirnya jam makan siang sampai juga, namun masih ada beberapa konsumen yang masih memesan makanan.
“Kalo mau istirahat ya ga masalah...” kata Lily kepada Taro.

“Wogh... Bijak... Aku tinggalin keteteran juga kalian nanti...”

“Kalau gitu bantuin dulu baru istirahat...”

“Tuh kan plin-plan... Tadi katanya boleh, tapi sekarang malah minta dibantu.” Jawab Taro sedikit tertawa.

“Ga penting banget sih...!” Lily mulai geram menghadapi Taro yang di kasih hati malah minta jantung. Sedangkan pelayan lainnya juga sedikit tertawa melihat tingkah mereka berdua. Perlahan semua pesanan sudah selesai, mereka sudah bisa beristirahat. Terlihat Kiki mendekati Lily saat itu. Dia berdiri di sebelah Lily dengan menyenderkan sikutnya pada meja kasir. Kiki memandang Lily dengan tersenyum-senyum.
“Apaan sih...!” tanya Lily jutek kepada Kiki.

“Loe suka dengan Taro kan... Hayoo.... Ngaku...” Tanya Kiki tiba-tiba, wajah Lily memerah mendengar itu.

“Sok tau ah...! Ngapaen di sini, kek kurang kerjaan aja...!”

“Cinlokh...” sambung Kiki makin menggoda Lily, karena tidak tahan lagi dengan godaannya. Lily langsung memukul Kiki. Taro lalu muncul dari arah dapur mendekati mereka berdua.

“Ngapaen...? Lagi maen film...?” tanya Taro kepada mereka berdua.

“Ga tau nih anak... Datang-datang maen nyelonong aja...”

“Di tinggal dulu yah... Ga enak nih ganggu...” Kata Kiki sambil tersenyum-senyum, dia meninggalkan Lily dan Taro.

“Napa dia...?” tanya Taro lagi.

“Loe uda makan siang...?” Taro menggelengkan kepalanya.

“Barengan aja yuk...”

“Sekarang...?”

“Taon depan mungkin.” Sahut Lily mulai jutek.

“Wah... Uda rencana mau makan nasi bungkus, itu yang di belakang juga nitip beliin. Makan bareng di dapur aja sama mereka, mau...?” Lily tidak menjawab pertanyaan Taro, dia langsung meninggalkan Taro dengan wajah kesal. Taro hanya menggaruk kepalanya karena kebingungan dengan sikap Lily.

Taro lalu melepas celemek dan slayernya. Dia segera keluar dan membeli beberapa makan siang, Taro berjalan tidak begitu jauh. Dia menemukan masakan padang di dekat sana. Taro kemudian masuk kedalam rumah makan padang tersebut. Rumah makan padang itu juga terlihat ramai, jam makan siang sudah tiba masalahnya. Jadi banyak pekerja yang sibuk mengisi perut mereka masing-masing. Taro kemudian memesan beberapa nasi bungkus. Setelah itu dia segera kembali ke tempat kerjanya dan makan dengan pelayan lain di dapur. Taro, Kiki serta kedua orang pelayan pria lainnya duduk di dapur dan melahap nasi bungkus tersebut.

No comments:

Post a Comment