Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 58

“Alasannya...?”

“Indah banget bisnya... Dulu pertama kali Mia liat itu di gambar aja sudah pengen ke sana langsung. Mia ngebayangin Mia lagi ada di dasarnya terus mandangin tuh air terjun. Deruan air yang terus berjatuhan dari atas, dan lagi airnya yang begitu halus kalau dilihat... Kalau Tata pengen ke mana...?”

“Banyak sih... Kalau bisa keliling dunia deh...” kata Taro tersenyum.

“Pastinya ada suatu tempat yang lebih spesial donk...”

“Bali...” jawab Taro.

“Bali...?” tanya Mia kebingungan, Taro hanya tertawa melihat ekspresi Mia yang kebingungan.

“Becanda kok... Kalau diijinkan, aku pengen ke kutub...”

“Kutub...? Tata aneh-aneh nih...”

“Ga... Aku benar-benar ingin ke sana...”

“Kok gitu...? Emang di sana ada apa aja...?”

“Ada sebuah perasaan yang ga akan pernah ada di daratan hijau.” Jawab Taro tenang, dia membayangkan kutub seindah dalam pikirannya.

“Maksud Tata...? Aneh ah... Tata ga...” belum selesai Mia dengan keluhannya, Taro sudah mengatakan alasan itu tanpa memandang Mia. Terlihat sinar matanya begitu ingin pergi ke sana. Perlahan dia mulai mengatakan alasannya.

“Kedamaian... Ketenangan... Kesunyian... Dan masih banyak lagi yang akan aku dapatkan disana. Sebuah perasaan, dimana aku ga perlu lagi kehilangan, dimana aku ga perlu lagi mendengar hal-hal yang menyulut emosi, dimana aku ga perlu lagi bersedih, semua berjalan dengan apa adanya. Aku yang membuat hidupku sendiri, dan terus mengitari daratan yang biru itu menggunakan pakaian tebal. Bertemu dengan sesosok hewan besar yang mengenakan jaket berbulu putih. Dan beberapa anak kecil yang mulutnya mancung. Merasakan bagaimana dunia ini tidak ada lagi yang berbuat jahat, menyakiti, bahkan membohongi.”

“Ta...?” panggil Mia dengan suara kecil.

“Suatu tempat di mana aku akan mendengar jetikan kayu yang terbakar setiap harinya, memecah daratan biru itu dan duduk di sana untuk memancing. Dan sebuah rumah yang disusun dari tanah biru itu, dengan hanya memiliki sebuah pintu.” Taro tersenyum menceritakan semua yang tergambar di otaknya. Mia terus mendengarkan sambil membayangkan gambaran yang diberikan Taro.
“Pasti tempat itu akan sangat indah yah...” Mia tersenyum melihat Taro yang berbeda wajahnya saat menceritakan bayangannya tentang kutub.

“Apa benar Tata ingin pergi ke sana...?” Taro mengangguk.
“Sendirian...?” Taro mengangguk lagi.
“Terus orang yang Tata sayangi itu...?” Mia mulai berulah dengan pertanyaan ini.

“Entahlah... Aku seperti merasa bahwa dia akan terus menjauhi aku, terus menghindar dan akan melupakan kehadiranku selamanya. Dan di tempat itu mungkin aku akan menenangkan diri dari semua derita hati ini.”

“Tempat yang dingin, sedingin kebencian kepada diriku. Perlahan aku akan terbiasa dengan dinginnya perasaan itu, dan akan mengulang lagi dari awal.”

“Kok Tata terus ngomong kek gitu, seakan kalau dia benar-benar benci dengan Tata.”

“Itu yang kurasakan, sebuah kesalahan yang sangat bodoh untukku. Hubungan yang dirajut selama itu, sudah kuhancurkan. Dan itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghancurkan sebuah rajutan yang lama itu.”

“Ta...” Taro melihat ke arah Mia.
“Semangat...!” kata Mia sambil mengepalkan tangan kirinya.
“Mia yakin ini bukan sebuah akhir, namun ini hanya sebuah puzzle yang harus diselesaikan sendiri.”

“Kalau misalnya aku ga bisa menyelesaikan puzzle ini...?”

“Orang bodoh sekalipun, kalau dia terus menyusun puzzle itu. Pasti akan terbentuk juga gambarnya.”

No comments:

Post a Comment