Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 56

“Memang ga penting, kita juga kadang menganggap sesuatu hal itu ga penting... Pertanyaan ga penting kek gini maksudnya, bukan hanya untuk menjaga gengsi. Namun mereka juga ingin Mia cepat sembuh dan mendapatkan perawatan yang bagus. Ini membuktikan kalau mereka sayang dengan Mia, dan mereka...” belum sempat Taro menyelesaikan ceramah yang membosankannya.

“Kalau gitu kenapa mereka ga sadar juga sampe sekarang, Mia kabur pun mereka sama sekali ngga menghiraukan Mia...” Mia sudah mulai emosi menghadapi Taro, memang Taro biang emosi dari semua orang. Mia lalu berbalik dan segera masuk ke dalam kamarnya.

“Sembunyi lagi...?” Taro berkata demikian, Mia lalu terhenti di depan pintunya.
“Aku yakin Mia ngomong sesuatu sama mereka, entah dengan surat atau apa... Dan mereka percaya dengan perkataan Mia, maka itu mereka ngga nyariin Mia. Dan aku yakin... Walaupun begitu mereka pasti tetap khawatir dengan keadaan Mia.”

“Bukannya mereka ga mencari Mia...” seseorang menyambung percakapan Mia dan Taro.
“Namun gue yang datang ke rumah Mia dan memberi pesan kepada orangtuanya kalau mereka ga perlu takut. Karena Mia ada dengan gue...”

“Richard...?” kata Mia melihat Richard yang sedang menuju ke tempat mereka. Taro lalu tersenyum mendengar itu.

“Saat gue datang ke rumah Mia dan mengatakan Mia baik-baik saja. Kedua orangtuanya bisa bernafas lega, mamanya juga meneteskan air matanya. Dia berkata kepadaku untuk menjaga Mia baik-baik. Karena mereka ga pingin Mia celaka...” Richard berkata kepada Taro.

“Lalu kenapa...?”
“Kenapa kalau mereka nangis... Kalau mereka sayang dengan Mia... Harusnya mereka sudah datang cari Mia, dan bukannya sibuk bekerja terus.”

“Chard...” Panggil Taro, Richard lalu melihat ke tempat Taro.
“Apa pekerjaan mereka berdua baik-baik saja...?”

“Tepat...! Loe memang tajam... Sebenarnya alasan mereka ga bisa ninggalin pekerjaan itu karena Mia.”
“Kalau saja mereka ga bekerja dengan giat, suatu hari mungkin musibah itu akan menimpa Mia...”

“Seperti... Bangkrut...?” tanya Taro, Mia hanya mendengarkan percakapan mereka berdua. Dia masih tidak mengerti kondisi orangtuanya.

“Lebih parah dari itu, perekonomian sekarang lagi buruk. Bukannya bangkrut, namun semua aset mereka bisa saja disita oleh pemerintah. Mereka ga pingin itu terjadi. Karena kalau itu terjadi...” Taro lalu memotong perkataan Richard.

“Maka Mia yang harus menanggung semua beban itu, menyaksikan orangtuanya terjatuh. Mereka ga pengen suatu saat kalau itu terjadi dan kekayaan mereka lenyap. Maka Mia harus menderita karena mereka bakal dikejar oleh penagih hutang. Apa seperti itu...?” Mia lalu melihat ke arah Taro seakan tidak percaya.

“Kurang lebih begitulah...”

“Apa benar mereka sedang tertekan...?” tanya Mia kepada Richard.

“Entahlah... Papaku yang berkata demikian, katanya perusahaan kalian sedang labil. Dan aku bilang sebaiknya membantu mereka saja dengan menjalin kerja sama. Namun papaku bukannya tidak ingin membantu, dia bilang kalau kami membantu kalian. Maka kami hanya akan makin menyengsarakan kalian nantinya.”

“Kalau begitu semua sudah jelas...” Taro mendekati Mia dan memegang bahunya.
“Mia... Baik atau buruk, mereka tetap orangtuamu. Dan sejahat apapun mereka terhadap Mia, mereka tidak ingin Mia celaka karena ulah mereka sendiri. Kalau Mia masih berkata mereka tidak menyayangi Mia, coba pikirkan itu sekali lagi.” Mata Mia mulai berkaca-kaca. Dia ingin memeluk Taro namun Taro menahannya.
“Salah orang...” Taro menunjuk ke arah Richard, namun Mia diam saja.

“Oi kodok... Thanks karena udah jagain Mia, namun gue yang bakal jaga dia untuk selamanya.” kata Richard kepada Taro.

“Sama-sama... Penyu...” Taro lalu tersenyum, dia masuk kedalam kamarnya. Mia lalu menghadap Richard.

“Chard... Maafin Mia yah selama ini sudah salah paham terus...”

“Yang sudah lewat biarin aja... Ga perlu diungkit terus, gue juga pernah salah paham kok dengan dia.”

1 comment: