Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 50

“Emang brapa sih...?” Mia bertanya dalam hati, dia mengambil struk itu dan melihat harganya. Mereka berdua menghabiskan uang yang memang termasuk murah untuk menyantap hidangan restoran.

“Lagi harga promo mungkin yah...?” kata Taro lalu mengeluarkan dompetnya dari saku belakang celana. Dia membayar semua pesanannya, kemudian Lily mengambil uang itu dan kembali ke tempatnya. Taro masih ada beberapa menit lagi sebelum jam istirahatnya selesai.

“Thanks Tata...”

“Buat apa...?” tanya Taro.

“Uda nraktir Mia, kapan-kapan giliran Mia lagi yah...”

“Sekedar makan doank kok...” kata Taro sambil melihat jam dinding.

“Bentar lagi...” katanya kecil.

“Ada apa...?”

“Jam istirahatku habis...” Taro tersenyum.

“Yah... mulai kerja lagi deh palingan...” HP Mia tiba-tiba bergetar, dia membaca SMS yang masuk. SMS itu dari Richard, katanya dia mau datang ke tempat Mia.

“Siapa...?”

“Richard...” kata Mia sambil membalas SMS Richard.

“Dia mau ke kos katanya...”

“Ya udah... Mia balik aja sekarang, tungguin dia nyampe nanti.”

“Bentar lagi deh... Dia juga ga bakal nyampe langsung kok...”

“Mana tau dia terbang dari sana pake helikopter, pengusaha muda getoh...” Selang beberapa saat, Mia berpamitan dengan Taro. Dia segera kembali ke kosnya dan menunggu Richard. Taro juga kembli bekerja lagi, seiring waktu berjalan akhirnya Taro selesai juga. Dia lalu melepas celemek dan slayernya. Rambut Taro pun jadi tidak karuan karena kelamaan menggunakan slayer itu.

Taro hanya merapikan rambutnya dengan jari. Setelah itu dia keluar dari tempat kerjanya itu. Dia tidak segera pulang ke kosnya, Taro beranjak ke arah warnet. Dia melihat ke arah jalan yang sudah hampir padat oleh arus kendaraan. Namun Taro yang berjalan kaki bisa menghindari kemacetan arus lalu lintas. Walaupun banyak juga yang berjalan kaki saat itu.Dia terus mengarah ke warnet itu hingga sesampainya di depan pintu warnet, tiba-tiba HP Taro berdering menandakan ada yang menelpon. Dengan segera Taro menjawab panggilan itu.
“Napa...?” tanya Taro agak sinis.

“Keadaan kamu di sana bagaimana...?” seorang wanita berkata sopan kepada Taro.

“Gini-gini aja lah, paling ngga lebih mendingan disini daripada dirumah. Suasana lebih tenang, aku juga ga perlu mendengar ocehan yang menyudutkan setiap hari...” Taro berkata demikian dengan orang tuanya, sepertinya Taro sudah sangat malas berada di rumah. Namun Mama masih sabar mendengar Taro berkata demikian.

“Kalau misalnya susah disana, pulang saja... Di sini juga bisa cari kerjaan yang layak... Dan pengeluaran kamu tidak akan berat kalau disini, tinggal dan makan semua gratis.”
“Kami tidak bisa memberimu kiriman uang, Papamu sedang sulit sekarang... Kerjaan yang dulu masih mudah sekarang makin sulit saja.”

“Udahlah... Aku disini dulu. Mudah-mudahan bisa jadi orang nantinya.”

“Baguslah kalau kamu bisa berpikir seperti itu... Jaga diri disana...” Telepon itu lalu terputus, Taro hanya menarik nafas mendengar keadaan keluarganya yang sedang mengalami himpitan ekonomi. Apalagi jaman sekarang yang makin sulit, namun pemerintah masih saja membuat keadaan sepertinya gampang-gampang saja. Hingga banyak iklan yang menunjukkan pamor mereka yang meringankan beban masyarakat. Namun sebenarnya masih banyak rakyat makin kesusahan dengan obral ucapan seenak perut mereka.

No comments:

Post a Comment