Mereka lalu memotong telur dadar yang terlihat biasa itu, lalu diambil bersamaan dengan nasi. Mereka menyantapnya bersamaan, perasaan yang aneh muncul di pikiran mereka.
“Kok gini...?” tanya Mia bingung.
“Telur rasa jeruk...? Walah...” mereka berdua kebingungan dengan rasa yang ada di dalam telur itu, dari luar hanya terlihat seperti telur dadar biasa. Namun setelah masuk kedalam mulut dan terpecah akibat digigit. Sari-sari jeruk mulai menebar dan menyegarkan mulut mereka. Tidak seperti telur biasanya yang rasanya itu-itu saja. Telur ini ada rasa jeruk, dan itu membuat Taro dan Mia heran. Namun mereka tetap menyantap hidangan mereka hingga bersih. Taro lalu mengambil garpu dan menusuk salad yang ada di piringnya, dia menyuapkannya kepada Mia. Namun sebelum Mia memakan suapan itu, Taro malah menarik garpunya dan memakan salad itu sendiri. Dan piring mereka sudah benar-benar bersih dari makanan. Taro dan Mia lalu meneguk juice jeruk mereka. Sedangkan juice jeruknya sama sekali tidak berbeda rasa dengan juice jeruk biasanya.
“Fuh...” Taro menghela nafas setelah menyelesaikan makannya, dia mengambil tissue yang ada di dekatnya dan membersihkan mulutnya.
“Tata kenyang...?” Taro hanya mengangguk.
“Hmm... Sepi yah... Bisa nyantai donk kalau gini...”
“Yah... Gitulah...” Taro mengedipkan matanya sekali.
“Habis ini Mia ke mana...?”
“Ga tau juga yah... Liat Richardnya nanti, katanya sih mau ngajakin jalan gitu. Tapi ga tau jadi apa ngga...”
“Boss muda... Biasalah...” Taro tersenyum mendengar Mia mengatakan itu.
“Percaya aja... Dia pasti hubungin Mia lagi kok...”
“Yakin amat... Peramal...?”
“Insting cowok tepatnya, biasanya sih gitu...”
“Masih penasaran sama nih rumah makan, serba jeruk yah... Warnanya juga orange-orange gitu.”
“Mungkin bossnya suka jeruk... Hobi masing-masing orang.” Mia lalu memajukan kepalanya sedikit, tangan kanannya menutupi mulutnya seperti berbisik.
“Apa celana dalamnya juga jeruk...?”
“Bisa jadi...” mereka berdua lalu tertawa kecil.
“Hmmmh... Li...!” Panggil Taro kepada seorang perempuan yang bekerja di sana. Wanita itu lalu menghampiri Taro.
“Kayak boss aja manggil gitu...” kata Wanita itu tersenyum, cewek yang tidak begitu tinggi dan berambut pendek bermodel Bob. Juga sedikit hairlight berwarna pirang. Dengan paras wajah cantik, memakai kacamata tanpa bingkai namun tidak culun. Dia mengenakan celemek yang sama dengan Taro.
“Sorry deh... Li... kenalin ini Mia... Mia ini Lily...” mereka berdua lalu saling berkenalan.
“Li... berapa...?” Taro meminta Lily untuk menghintung semua makanan itu.
“Chie... Chie... banyak duit loe...? Traktir kami juga kek...”
“Jadi brapa semuanya...?” tanya Taro sekali lagi.
“Sombong....” kata Lily dengan sedikit wajah menyindir.
“Mentang-mentang bawa cewek, sama kami jadi sombong...” Mia hanya senyam-senyum melihat mereka yang akrab dengan Taro.
“Tolong dihitung semuanya nona Lily...” kata Taro mulai geram.
“Bentar boss...” Lily kemudian kembali ke meja kasir dan menhitung semua pesanan Taro. Dia mengambil struk dan mengarah ke tempat Taro. Lily meletakkan struk itu di depan Taro.
“Ga salah hitung Li...?” tanya Taro bingun dengan total semuanya.
“Ga tuh... Mank kenapa...? Kelewat murah...? Kalau mau mahal bayarin kami juga kek...” kata Lily tersenyum-senyum.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment