“Hei...” Taro mengetuk kepala Mia dengan jari telunjuknya, Mia lalu terkejut dan membuka matanya.
“Manja boleh... Tapi juga harus tau batas... Aku anggap Mia hanya sebagai adikku, bukan sebagai pacar.” Mia hanya tersenyum saja mendengar Taro berkata demikian, dengan cepat dia mencium pipi Taro dan segera memeluk Taro sesaat. Mia lalu meninggalkan Taro dengan senyum di wajahnya.
“Fuh... Tobat ~” Taro berkata demikian sambil mengetuk kepalanya beberapa kali.
“Untung aku bukan Jimmy... Kalau tadi Jimmy, habis udah Mia.” Taro kemudian berjalan dan berbaring di kasurnya.
Lampu kamar Taro masih hidup dan menerangi suasana kamar. Taro mengangkat tangan kanannya dan dia jadikan sebagai bantal, Taro sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Dia berbaring kekanan dan kekiri, dia tidak bisa tidur karena masih ada beberapa pikiran yang mengganggu pikirannya. Taro kemudian berdiri dan berjalan sebentar ke arah dapur, dia menuangkan air putih kedalam cangkir. Setelah itu Taro meneguknya, dia kembali meletakkan cangkir itu.
Bunyi jangkrik masih terdengar malam itu, Taro masuk lagi kedalam kamar mandi dan mengambil gosok gigi. Dia membersihkan mulutnya menggunakan air bak, pasta gigi dipencetnya dan dioleskan pada sikat giginya. Taro kemudian menggosok giginya, busa putih menggumpal di sekitar bibirnya. Lalu dia kumur-kumur lagi dan membuang semua busa yang ada didalam mulutnya. Dia meletakkan kembali sikat giginya pada sebuah wadah berwarna biru muda, di tempat itu berisikan sampo, sabun, dan perlengkapan mandi lainnya. Dia lalu keluar dari kamar mandi dan mengambil handuknya yang tergantung tepat disebelah kamar mandi. Taro lalu mengeringkan mulutnya yang basah karena barusan menggosok giginya. Dia lalu berjalan lagi dan duduk di sebuah kursi di depan kasurnya, dia lalu meletakkan HP nya di atas meja. Taro lalu membuka laci meja itu dan mengambil benda seperti obat, kemudian Taro menelan benda itu. Dia lalu berdiri dan mematikan lampu kamar, segera Taro mengistirahatkan dirinya.
Sedangkan di tempat Mia...
Mia bersender di pintu kamarnya, dia memegang dadanya dan merasakan detak jantungnya yang kencang. Dia lalu menarik nafas panjang, wajahnya ingin tersenyum. Dia lalu memejamkan sambil tersenyum-senyum. Mia berjalan ke arah meja belajarnya, kemudian Mia mengikat rambutnya menggunakan ikat rambut berwarna pink. Mia kemudian masuk kekamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan menggosok gigi. Dia mengambil sebuah krim pencuci muka dan memencetnya, Mia lalu memoles di seluruh wajahnya dan mulai mengusap. Busa dari krim itu hampir menutupi seluruh wajah Mia, kemudian Mia mengambil air di bak dengan gayung dan menyiram wajahnya sendiri untuk membersihkan semua busa itu. Setelah itu semua Mia mulai menggosok giginya. Setelah itu semua dilakukan, di sana ada handuk kecil.
Mia mengambilnya dan mengeringkan wajahnya yang basa itu. Mia bergerak lagi dari kamar mandinya ke arah meja belajar, ada sebuah buku tebal yang banyak motifnya. Sepertinya itu adalah buku diary Mia. Sebuah pulpen yang tergeletak di meja di ambil oleh Mia, dia lalu membuka diary tersebut dan mulai menulis perasaannya hari itu. Dengan tersenyum-senyum Mia menulis diary itu dengan lancar, rambutnya yang terurai lembut jatuh di bahu kanannya. Dia lalu berhenti sebentar dan melihat sebuah jam yang terbuat dari plastik berbentuk Hello Kitty. Dia kemudian melanjutkan ceritanya lagi di dalam diary itu, setelah selesai dengan ceritanya sendiri. Mia menutup pulpen itu dan diletakkan di meja, dia lalu menutup buku diarynya. Dia masih terduduk di depan meja itu sambil memikirkan sesuatu. Setelah duduk disana beberapa saat, Mia lalu berdiri dan mematikan lampu kamarnya.
“Malam Tata...” kata Mia dalam hati, dia lalu memejamkan matanya.
Di tempat Taro...
Taro terlihat sudah tertidur saat itu, dia kelihatannya sedang memimpikan sesuatu.Taro sedang berjalan saat itu dengan kemeja putih dan jins hitamnya. Dia terus berjalan hingga berhenti disuatu tempat, kemudian terasa disaku celananya kalau HP nya bergetar. Taro lalu mengambil HP nya dari saku celana. Itu adalah sebuah SMS, dia lalu membaca SMS itu sambil sedikit tersenyum. Tiba-tiba Taro beberapa saat kemudian Taro terbangun dari mimpinya. Nafasnya terengah-engah saat itu, sepertinya dia baru saja mengalami mimpi buruk.
“J***... Mimpi apa itu...” Lalu Taro mengangkat rambutnya dengan tangan kiri. Dia mengambil HP nya yang ditaruh disebelah kasur. Dia melihat jam di HP nya yang masih menunjukkan pukul tiga pagi. Dia kembali tidur lagi, tanpa banyak berpikir Taro memejamkan matanya lagi. Tidak begitu lama waktu berselang Taro sudah terlelap lagi. Malam lalu berlalu begitu saja, bulan mulai mengundurkan diri secara perlahan. Matahari mulai bekerja lagi untuk menyinari mereka. Suara kicauan burung masih sedikit terdengar di sana, memang masih ada nuansa alam di sekitar sana.
Beda jika sudah ditengah kota yang hanya terdengar suara mesin kendaraan. Taro lalu membuka matanya, dia tidak langsung bangun dari tempat tidurnya. Taro masih berbaring saat itu, keadaannya lumayan berantakan. Matanya yang sayu dan rambutnya yang berantakan setelah bangun dari tidur lelapnya.
“Hooooaaaam...” Taro menguap tanpa sungkan, tidak ada orang juga di sana. Jadi dia tidak perlu sopan untuk menguap, Taro kemudian bangun dari tempat tidurnya. Dia bersender pada dinding sebelah kasur sambil melihat sekitar. Dia lalu mengambil HP nya dan melihat jam yang sudah menunjukkan hampir pukul delapan pagi. Taro masih santai karena masuk kerja jam sembilan, dia masih ada waktu beberapa menit sebelum berangkat ke tempat kerja. Taro lalu berdiri dan membuk lemarinya, dia mencari pakaian yang akan dipakainya nanti. Taro masih mengusap matanya, dia lalu mengacak-acak rambutnya sendiri.
Taro lalu pergi ke dapur dan menghidupkan air keran. Bunyi logam yang bergesekan terdengar saat Taro membuka keran itu. Dia lalu menampun air yang berjatuhan dengan kedua tangannya. Taro membasuk wajahnya yang masih mengantuk, dia menampung lagi air keran itu dan dikumur-kumurnya. Taro menaruh kedua tangannya di atas cucian itu, air perlahan menetes dari rambut dan wajahnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment