“Sorry bos... aku bukan pendekar kek kamu. Tapi kalau pengen ribut kenapa ga selesein berdua aja, ga usa bawa-bawa orang. Apa kamu takut sampe harus bawa temen...?”
“Bacod loe jaga yah...!” orang itu lalu menunjuk Taro.
“Hai... hai... sorry, saran aku kalau pengen ribut selesein berdua aja. Ga perlu bawa orang, aku mundur...” Taro mengangkat tangannya, dia tidak ingin berkelahi saat itu. Adi kemudian mendekati Taro.
“Bener mau dibiarin mereka ribut...?” kata Adi kepada Taro kecil.
“Biarin lah... Jimmy juga pas sekolah dulu sering ribut kok. Kasih aja mereka senang-senang... Wanna Bet...?” tanya Taro masih bercanda.
“Brani...? Kita berdua aja... Ga perlu bawa-bawa temen.” Kata Jimmy menantang balik.
“Ah... Bacod...!” orang itu langsung memukul Jimmy duluan, namun pukulan selembut itu siapapun bisa menghindarinya. Ternyata orang itu hanya menang gaya saja. Dia pun berantakan dibuat Jimmy, biarpun ada beberapa pukulan yang mengenai Jimmy. Namun, kalau dilihat lebih jelas lagi terlihat bahwa orang itu lah yang lebih berantakan.
“Puas...! Lain kali jangan belagu jadi orang... Kalau ga suka cewek loe diliatin sama orang, karungin aja...!” sindir Jimmy dengan nada serius. Keempat temannya juga tidak berbuat apa-apa selain menopang temannya yang babak beluk dibuat Jimmy.
“Sudah...? Kami sudah boleh pergi...?” tanya Taro, dan mereka tidak membalas pertanyaan Taro.
“Udah ah... jangan mancing ribut lagi.” Kata Adi menarik baju Taro,mereka lalu meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil suasananya sangat berbeda dengan tadi. Mereka malah terbahak-bahak melihat orang tadi.
“Asli tuh... aku yakin pasti dia malu banget sama ceweknya nanti.” Kata Adi duluan.
“Sok kuat sih... Cari masalah, mau pamer depan ceweknya kali. Kasih liat kalau dia itu jantan, jantan kok tepar...?” sambung Taro, dan mereka tertawa lagi kalau mengingat kejadian barusan.
“Aku kirain tadi premang banget dianya, jah... Ga taunya... Tengkurep juga...”
“Udah... jangan ngomongin lagi, kasian tuh orang... Nanti dia panggil bapaknya repot kita.” Kata Jimmy, dan itu malah buat mereka tambah tertawa.
“Dah ah... Jangan ke sana lagi lah sementara, cari aman dulu deh. Aku balik ke kos Di... Besok harus kerja nih...”
“Besok aku juga kuliah... tapi kalau bos muda kita ga tau besok napain.”
“Cari mangsa lagi mungkin...” Adi lalu mengantar Taro duluan kekosnya. Sesampainya Taro di kost, dia lalu turun dari mobil Adi. Taro mengangkat tangannya kepada mereka, lalu dia segera naik keatas kearah kamarnya. Namun disana ada Mia yang sedang berada diluar kamar dan bersender diteras. Dia sedang menunggu Taro sepertinya, dan daritadi dia melihat Taro dari atas.
“Tata...” panggil Mia duluan, dan Taro hanya tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati Mia.
“Bau rokok... Tata ngerokok tadi...?”
“Ga kok... tadi ke tempat yang penuh asap rokok doank. Bentar ya ganti baju, aku juga ga tahan ama baunya.” Taro segera masuk kedalam kamar dan mengganti pakaian, beberapa saat kemudian Taro sudah keluar dari kamarnya dan mengenakan baju santai. Celana bali dan kaos berwarna biru yang sudah robek di beberapa jahitan.
“Ngapain aja diluar...? Ga kedinginan...?”
“Ga ada kerjaan di kamar... besok juga ga ada kuliah.” Seperti biasanya, Mia selalu bermanja-manja dengan Taro. Dia memeluk tangan kanan Taro dengan kedua tangannya, dan kepalanya disenderkan dibahu Taro.
“Mia manja...” kata Taro menggelengkan kepalanya.
“Biarin...” jawab Mia agak jutek.
“Aku uda kerja lho Mia... Uda tau...?”
“Heh...?” Mia melepas pelukannya dan menatap ke arah Taro.
“Yang bener...? Di mana...?”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment