Thursday, 23 April 2009

LOST Chap 4

“Oh... kamu bisa panggil aku Mia atau Grace. Kalau kamu...?”

“Biasa aku hanya di panggil “Ta” sama temen-temen, tapi kalau temen-temen cewek aku di panggil “Tata”. Malu-maluin banget jadinya.” Kata Taro sambil tersenyum.

“Ngga malu-maluin kok, lucu malah kalau dipanggil kek gitu. Mau ke mana?”

“Lucu yah... karena lucu lah makanya malu-maluin. Sudah semester brapa kuliahnya?”

“Ini aku juga baru tamat SMA, baru semester pertama. Kamu mau kemana? Di tanya kok ga di jawab.” Kata Mia sambil tersenyum.

“Oh... sama lah, jadi ga perlu terlalu sopan bicaranya. Hmm... Mia tau warnet yang ada didekat-dekat sini?”

“Warnet yah... emm... kenapa ngga bawa laptop aja terus pasang internet.”

“Ngga lah, ngga ada duit... “ balas Taro tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Bisa aja kamu... kalau warnet dekat sini, coba kamu keluar aja terus ke kiri. Keknya ada sih warnet disana.”

“Hmm... coba aku liat-liat dulu lah, makasi yah... salam kenal juga.” Taro lalu melewati Mia begitu saja, dia segera turun ke bawah. Dan Mia mengeluarkan kunci kamarnya dan segera masuk ke dalam. Sedang di tempat Taro...

Dia masih berjalan keluar dari koskosan itu, sesuai dengan petunjuk Mia. Dia lalu belok kekiri dan berjalan agak jauh. Arahan Mia benar juga, Taro menemukan warnet disana. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera masuk kedalam warnet itu. Pintu dengan kaca dan bingkai hijau, Taro mendorong pintu tersebut dan masuk kedalam. Warnet itu menggunakan sistem cyber billing yang mengharuskan para user mendaftar dulu.

“Dua jam...” Taro membuat angka dua dengan jari telunjuk tengahnya. Dan petugas itu membuatkan billing untuk Taro agar bisa dipakai.
“Berapa?”

“Enam ribu...”
Taro lalu mengeluarkan dompetnya dan membayar petugas warnet itu, kemudian Taro mulai mencari tempat untuk bermain. Suasana di dalam warnet sangat bising, dan lagi asap rokok yang menyesakkan dada. Taro juga tidak begitu tahan dengan asap rokok, tapi dia masih mencari tempat yang tenang untuk bermain. Dia berhenti di sebuah komputer yang tidak ada orang di kanan kirinya. Taro lalu duduk di sana dan menghidupkan mesin PC itu. Dia menunggu beberapa saat hingga dia bisa login untuk bermain internet. Taro memasukkan passwordnya untuk memulai mengoprasikan komputer itu. Setelah masuk... tidak seperti pemuda lainnya yang langsung memilih game-game online. Taro langsung meng-klik salah satu program untuk berbicara dengan temannya lewat internet. Program itu bergambarkan dua orang, yang satunya berwarna biru dan satu lagi berwarna hijau. Butuh beberapa saat lagi untuk memasuki program tersebut, setelah masuk. Taro segera menghubungi temannya Adi, Adi juga terlihat sedang Online saat itu.

“Bro... Watzup...” Taro mulai mengetik dan mengirimkan pesannya kepada Adi.

“Oi... Ta... gimana? Harus kuat batin kalau di sini, cuma kuat fisik sia-sia mah di sini kalo ga kuat batin. Bisa jadi gila lama-lama.” Mereka saling berbalas pesan melalui internet.

“Wkwkwkwkwk... ngga gitulah, apa kabar lah kalian? Very yang lain masih sering ketemu lah?”

“Susah Ta... kuliah beda dengan sekolah dulu, sekarang kami uda sibuk jadinya. Bentar lagi kami ujian, harus belajar mati-matian juga.”

“Alah... kamu mah ngga perlu belajar lagi uda pasti bisa, mayan enak kok tinggal di sini. Tadi baru dapat temen baru satu.”

“Hati-hati aja Ta... di sini jangan terlalu percaya orang, bukan berarti harus curiga terus. Percaya boleh, tapi jangan kelewatan.”

“Biasa aja lah Di.. jangan banyak mikirin yang macam-macam, kalau kita baik sama orang moga-moga aja mereka juga baik ama kita.”

“Ya terserah sih kalau u punya pikiran kek gitu, tapi saran aku hati-hati aja di sini. Ganas nih kota, Ta... cewek apa cowok tuh temen barunya?”

“Untungnya cewek, Di... jadinya ga gersang banget. Wkwkwkwkwk... kalau aku liat sih keknya tuh anak baik.”

“Ya terserah sih, masih pingin la tuh kuliah jurusan Psikologi?”

No comments:

Post a Comment