Taro segera berangkat ke tempat kerjanya. Namun ini juga termasuk ringan untuk Taro, berhubung tempat Taro kerja tidak harus bangun terlalu pagi. Karena mereka buka juga agak siangan, sesampainya disana Taro harus menggunakan seragam ala rumah makan itu. Dengan kaos putih dan celana panjang, di tambah dengan celemek kotak-kotak berwarna orange dan bermotif jeruk yang yang bertangan dan memegang sendok garpu. Taro tampil sangat berbeda saat itu, dia berusaha beradaptasi dengan pakaian anehnya. Di sana memang tidak terlalu ramai pekerjanya, waktu kerja juga senggang. Jadi Taro bisa bercakap-cakap dengan orang-orang yang ada di rumah makan itu.
Taro harus mulai kehidupan sebagai pelayan saat itu, dia memang tidak melayani pelanggan. Taro bertugas di dapur untuk menyiapkan ini itu, sekedar mencet tombol blender siapapun juga bisa. Taro memulai pencetan pertamanya, dia mulai membuat jus jeruk sebagai pesanan pelanggan diluar. Setelah selesai semua tetap Taro yang harus mengantar makanan itu kepada pelanggan. Dia menikmati pekerjaannya yang santai itu dan tidak terlalu ribet. Siang itu dilewati Taro dengan santai, jam makan siang tiba. Hampir semua pekerja membawa bekal dari rumahnya. Sedang Taro kebingungan dengan situasi itu. Karena Taro belum pernah membawa bekal selama ini. Teman-teman seperjuangannya sempat menawarkan Taro untuk makan bersama mereka. Namun Taro menolak dengan sopan, dia tidak ada bekal. Jadi dia harus pergi keluar untuk membeli makanan. Taro berjalan keluar dari rumah makan itu untuk mencari nasi bungkus dan bisa dibawanya kerumah makan. Singkat saja dia mencari rumah makan terdekat. Dia segera membeli nasi bungkus dan dibawa pulang kerumah makan tersebut.
Taro lalu makan didapur bersama yang lainnya, baru juga Taro ingin menyantap makanannya. Ada konsumen yang datang, jadi Taro meninggalkan makanannya dan melayani konsumen itu duluan. Hal itu bukan saja dialami Taro, namun semua juga begitu. Namanya juga pedangang, harus mengutamakan konsumen duluan.
Waktu terus berjalan, tidak terasa pekerjaan itu lumayan melelahkan baginya. Bukan lelah karena bekerja terus, namun lelah karena menunggu konsumen yang datang. Jika keadaan lagi ramai mungkin itu malah membuat suasana menjadi seru. Namun kalau sepi sepertinya mereka akan merasa bosan dan ngantuk. Hari mulai gelap, shift Taro sudah selesai. Dia boleh pulang untuk istirahat. Taro kemudian mengganti pakaiannya lagi dan memakai pakaian yang ia bawa dari kosnya. Tentunya tanpa motif jeruk memegang sendok dan garpu. Taro lalu pulang dengan senyum diwajahnya. Terlihat Taro tidak mempunyai beban saat itu, saat dia naik kekamar kosnya. Dua orang pria menunggunya di sana, itu adalah temannya.
“Oit... Napain kalian ke sini..? Ga kuliah hari ini...?” panggil Taro.
“Tuh kan... aku bilang juga pasti dia ga ada dikamar. Ke mana aja...?” sambung Jimmy, dia memakai celana pendek berwarna biru dan kaos putihnya. Rambutnya yang tajam-tajam dan ditambah warna kulit yang putih membuat wanita tergila-gila dengan dia. Namun dibalik wajah kalemnya, tersimpan rahasia yang sangat tidak terduga.
“Kerja coy... gini-gini uda dapat kerja...”
“Baguslah Ta... udah makan...? Kami rencana mau ngajak makan, bos muda yang bayar kali ini.” Kata Adi, dia memakai kacamata dan celana pendek juga. Di tambah kaos loreng dan beberapa aksesoris lainnya.
“Mau nunggu aku mandi dulu...?” mereka berdua pun harus menunggu Taro mandi. Mereka bertiga masuk kedalam kamarnya dan huru-hara didalam kamar terjadi.
“Jangan kelewatan bro... malas ngerapiin nanti. Ga ada TV atau komputer sini, kalian maen HP aja yah... Aku mandi duluan.” Taro lalu mengambil semua pakaiannya dan segera masuk kedalam kamar mandi.
“Betah dia Di tinggal sendirian...?”
“Entah tuh anak... bagus-bagus sudah ada tempat tinggal. Pake nekat terbang ke sini.”
“Ngapain sih dia ke sini... Kek ga ada kerjaan aja.”
“Biasalah... cerita lama...”
“Oh... tuh cewek... mana tuh cewek... ga pernah denger kabarnya lagi, dulu sih kami pernah berteman. Tapi sekarang udah hilang kabar.”
“Udahlah... urusan mereka. Nanti ke mana...?”
“Terserah yang bawa mobil lah... Aku ikut doank.” Mereka berdua berbincang menunggu Taro selesai mandi. Beberapa saat menunggu Taro akhirnya selesai dengan urusannya di kamar mandi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment