Saturday, 25 April 2009

LOST Chap 37

“Masa...? Ga ngarep lebih gitu dari dia...? Atau apa gitu...?”

“Yah... mungkin kalau didengerin lagi akan terasa munafik, tapi ini perasaanku. Dan aku yakin diluar sana juga ada yang tulus melakukan itu.”

“Tapi Mia masih ga setuju dengan cara kek gitu.”

“Yah... aku juga ga nyuruh Mia harus ngelakuin itu. Ini hanya pendapat pribadi,
bukan sebuah suruhan. Dan aku juga tidak berharap pemikiran semua orang akan sama seperti aku. Tapi yang aku harapkan adalah agar semua orang dapat berpikir untuk benar-benar mencintai pasangan mereka. Jangan hanya untuk pamer atau apa gitulah...”

“Nyindir nih... Prasaan, kalau dipikir-pikir lagi semua ngomongan Tata tadi itu tertuju buat aku yah...”

“Entah juga yah... Tapi lebih baik kalau Mia bisa baikan dengan dia. Jalani kisah kalian dengan indah, buat sebuah cerita untuk generasi selanjutnya. Dengan kumpulan cerita yang sangat indah, gimana sebuah perjuangan yang harus bertarung dengan kesabaran ngehasilin kisah yang sangat luar biasa.”

“Muter-muter ngomongnya...”

“Iya nih... muter-muter... bisnya aku ga tau harus diomongin seperti apa. Jadi aku ungkapin aja sesuai dengan yang ada di otak.”

“Ha... ha... Tata ada-ada aja...” Mereka berdua tertawa bersama.

“Saranku buat Mia... Jelaskan semua dengan baik, sekarang sudah malam. Besok coba Mia kalau bertemu dengan Richard, kalian bicara berdua. Malam...” Taro lalu mengeluarkan kunci kamar dari kantongnya.

“Tata...” Panggil Mia, Taro terdiam sebentar dan menghadap Mia.
“He... He...” tangan Mia terbuka, dia meminta sebuah pelukan dari Taro.

“Adik yang manja...” Taro hanya membelai rambut Mia sambil tersenyum. Namun Mia langsung memeluk Taro saat itu juga. Taro hanya bisa tersenyum melihat Mia yang begitu manja. Dia kembali membelai rambut Mia yang lembut itu.
“Sudah yah... Aku besok juga mulai kerja...” Taro melepas pelukan Mia.
“Malam...” Taro lalu masuk ke dalam kamarnya dan segera beristirahat. Namun Mia masih belum masuk kedalam kamarnya, dia mengeluarkan HP nya dan menelpon Richard. Tanpa membuang waktu sedetik pun saat melihat yang menelpon dirinya adalah Mia. Richard langsung mengangkat HP nya.

“Halo Mia...” Richard duluan menyapa dengan suara yang tidak biasa.

“Malam... Suara kamu kenapa...?”

“Oh... ga ada apa-apa kok...”

“Habis nangis yah...” kata Mia malah meledek Richard.

“Ga kok... Nangis kenapa...? Biasa aja kok...”

“Malas ah sama tukang bohong...” kata Mia jutek.

“Iya... iya... aku ngaku... tapi jangan bilang siapa-siapa yah...”

“Nangis gara-gara apa...?” Mia masih pura-pura bertanya.

“Karena sebuah luka di dalam hatiku, rasanya sakit banget... Sampai harus menangis karena ga bisa nahan sakitnya.”

“Lebai ah... Chard...” suasana terdiam sebentar.
“Maafin Mia yah...”

“Maaf untuk apa...?”

“Karena uda nyakitin kamu selama ini...”

“Masa...? Aku ga ngerasa Mia nyakitin aku kok...” balas Richard tidak ingin menyalahkan Mia, dan Mia memikirkan semua perkataan Taro tentang perasaan. Dia kembali tersenyum, dan mereka berdua berbincang agak lama malam itu. Sedangkan Taro masih berbaring dikasurnya sambil sedikit tersenyum. Dia memikirkan tentang seseorang yang sangat disayanginya. Malam itu berlalu dengan sebuah kasih, hingga keesokan paginya Taro harus segera bersiap-siap untuk bekerja.

No comments:

Post a Comment