“Hmm... boneka babi warna pink... yah mirip Mia juga sih...” Canda Taro, dan Mia memukul bahu Taro.
“Aku juga sampai sekarang masih bingung kalau misalnya ditanya alasan kenapa aku bisa sayang dengan dirinya... Mungkin Mia tau...?”
“Mana tau... prasaan Tata gitu... Kan Tata yang ngomong kalau prasaan orang ga bisa dibaca.”
“Gitulah...” Kata Taro mengedipkan matanya sekali.
“Lanjutin lagi Ta... masa cuma segitu doank...”
“Ada beberapa cerita lagi sih tentang dia... pernah gitu aku bohongin dia, aku bilang kedia kalau aku ngerokok pas diwarnet... Wah asli... ngambek dia langsung... Terang langsung cemas aku... pelan-pelan baru jelasin kalau tadi itu bohongan doank... Dia langsung ngancem gitu, katanya awas aja kalau aku brani ngerokok. Mungkin karena itu juga sih aku ga suka rokok, padahal banyak godaan dari luar gitu.”
“Cowok bukannya wajar aja kalau ngerokok...”
“Entahlah... Tapi aku senang aja ada yang perhatian sama kesehatan aku... Sungguh nyenengin kalau diperhatiin, dia juga pernah bilang aku genit gitu...”
“Ha...? Genit... Mank kenapa bisa sampai bilang gitu...”
“Pas itu dirumahnya... aku senggol-senggol dia terus...”
“Yah... wajar dibilang genit...” kata Mia menggelengkan kepalanya.
“Gimana lagi lah... bisnya dia lucu banget... gemesin pokoknya...” Taro tertawa menceritakan itu.
“Aku ga bakal pernah nyesal ketemu dengan dia, dan aku ga mau nyesal... Cinta itu sangat indah, tidak ada yang bisa menyaingi keindahan cinta. Pelangi atau Berlian sekalipun tidak bisa menandinginya... Aku bisa mengenalnya adalah suatu kesempatan yang tidak akan pernah terjadi dua kali.”
“Tata gitu agungin dia... Apa dia bakal begitu juga dengan Tata...?”
“Kalau bertanya soal itu... maka kita sebenarnya bertanya apakah tidak rugi mencintai seseorang setulus hati. Brarti kita ngarepin suatu imbalan karena mencintai dia, seperti itu bukan...? Untuk apa mencintai untuk dibalas dicintai... Cintailah... maka tanpa kamu minta pun orang itu akan mencintaimu. Hanya saja kita tidak tahu gimana cara dia mencintai kita, apa dengan nganggap kita sebagai sahabat terbaik mereka, atau bahkan ngehindari kita terus.”
“Menghindar...? Kok menghindar itu cinta...?”
“Lantas...?” tanya Taro.
“Hmm... bukannya kalau menghindari seseorang itu bukannya karena kita tidak suka dengan dia.”
“Beberapa begitu yah... tapi menghindari ga selalu diartikan buruk. Dia menghindari kita dan berharap kita mendapat yang lebih dari dia, artinya dia menyayangi kita karena dia merasa tidak pantas untuk diri kita. Jadi dia menghindari kita...”
“Masa...? Gitu yah... baru denger...”
“Pendapat pribadi sih... Tapi pendapat orang berbeda... namun aku yakin, aku ga salah milih orang. Entah karena aku bodoh, gila atau hal semacamnya. Tapi yang jelas aku masih sadar... kalau aku benar-benar sayang dengan dia.”
“Dan Mia... jangan pernah membuat seseorang patah hati... Lebih baik kita yang sakit daripada dia yang sakit.”
“Bodoh donk kalau gitu...” kata Mia selalu mencela pernyataan Taro.
“Tepat... Kita bodoh kalau begitu... Tapi apa salahnya kalau kita jadi bodoh...? Seperti tadi kukatakan, cinta tidak mengharapkan imbalan. Tapi ini semua juga masih pendapat pribadiku, entah kalau yang lain. Namun aku rela saja kalau dibego-begoin gitu.”
“Kok gitu sih...”
“Entahlah... karena yang aku rasakan tubuh ini bukan lagi milikku, sudah lama bukan jadi milikku. Orang bijak mengatakan... Jadilah iblis, jadilah penjahat, jadilah yang terburuk didunia. Jangan pernah biarkan orang yang kita sayangi menjadi seperti itu, lebih baik kita yang menjadi seperti itu. Tapi perkataan itu lebih tertuju untuk para pria... Maksudnya mereka harus melindungi orang yang mereka sayangi. Dan aku senang jika memang harus begitu.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment