Friday, 24 April 2009

LOST Chap 29

Giliran Richard yang memegang bola lagi, mereka berdua terlihat sangat serius dengan pertandingan itu. Padahal itu hanya pertandingan biasa dan tidak memperebutkan apapun. Mereka terus menyerang dan bertahan secara bersamaan, penonton makin histeris menyaksikan pertandingan mereka berdua. Panasnya persaingan didalam juga dirasakan oleh orang yang menonton, mereka kadang terdiam sebentar dan kembali bersorak saat mereka melihat aksi yang memukau. Pertandingan berjalan sedikit lama, mereka tidak lagi memperdulikan poin yang didapat. Mereka berdua hanya mengeluarkan kemampuan masing-masing. Terus berlanjut, tampaknya Taro sudah kelelahan saat itu. Dia lalu menarik nafas panjang dan tidak menjaga Richard lagi. Taro mengangkat tangannya dengan nafas yang sudah kwalahan.

“Nyerahh....” kata Taro polos sambil mengangkat tangannya, yang lain hanya keheranan melihat Taro. Sedang Richard berhenti menyerang lagi. Dia melepaskan bola itu dan berjalan. Lalu dia menunjuk ke arah Taro sambil meninggalkan lapangan. Penonton bertepuk tangan melihat Richard yang meninggalkan lapangan dengan keren, diikuti dengan Mia yang mengejar Richard. Ricky lalu menghampiri Taro.

“Permainan yang bagus...” kata Ricky mendekati Taro.

“Cape...” Taro tertunduk saat itu, tangan Taro memegang lutut untuk menopang tubuhnya.

“Air...” teriak Ricky kepada temannya untuk meminta air, salah seorang teman Ricky melempar botol minuman untuk Taro.

“Hebat juga dia... memang cocok sebagai kapten tim, keknya aku kalah telak tadi yah...”

“Kamu juga uda bagus tadi, kapten keknya bukan masalah besar buat kamu.”

“Aku dulu hanya pemain cadangan di sekolah... Dia kapten, jelas beda level donk... Ga nyangka juga bisa nandingi dia, tapi jujur aku uda ga sanggup lagi.”

“Dah... istirahat dulu, nanti kita main lagi.” Kata Ricky, lalu Taro masih berdiri untuk menghilangkan rasa capenya. Orang-orang yang menonton meninggalkan lapangan itu.

Saat itu Richard dan Mia sedang berjalan, Richard menuju kemobilnya. Namun kali ini dia tidak memasang wajah yang emosian lagi, sepertinya dia senang hari itu. Mia hanya mengikutinya dari belakang, seperti ingin memukul kepalanya tadi masih ragu-ragu. Akhirnya Mia membranikan diri untuk memukul kepala Richard dari belakang.
“Auch...! Apa-apaan sih...” Richard berhenti dan memegang kepalanya, dia melihat ke arah Mia. Namun kali ini dia sama sekali tidak marah. Sedang Mia hanya tersenyum melihat Richard yang berbeda dari biasanya.
“Bagus yah... udah mukul ga minta maaf, malah senyam-senyum kek orang bego aja...”

“Mia pukul lagi nih...” Kata Mia mengancam dengan tangan dikepal.

“Iya... iya... ngapain sih main mukul kepala orang.” Richard meminta ampun kepada Mia.

“Ga ada tuh... pengen aja...” kata Mia masih tersenyum.

“Kamu lagi sakit yah...” Mia lalu meletakkan tangan kanannya di kening Richard, dan menaruh tangan kirinya di pantatnya sendiri.

“Apa-apaan sih...” Kata Richard menurunkan tangan Mia.
“Emang aku kek pantat Mia apa...?” Mia kembali tersenyum.

“Tuh kan... kamu beda hari ini. Tadi salah makan...? Atau dipukul pake balok yang gede...?”

“Ah... Malas... Orang datang baik-baik pengen minta maaf, malah dimainin kek gini.” Richard lalu ngambek dan berjalan lagi ke arah mobil.

“Yeh... ngambek... cowok kok ngambek... Idih... Ga banget sih...” Mia menjulurkan lidahnya sambil tertawa, dia lalu menyusul Richard.

“Sudah makan...?” tanya Richard, dan Mia hanya menggelengkan kepalanya.
“Ya udah... kita makan dulu...” Mereka berdua lalu masuk kedalam mobil dan mencari tempat makan.
Kembali ke tempat Taro, kelihatannya Taro aneh saat itu. Dia berdiri seperti vampir.

“Kamu napa...?” tanya Ricky kebingungan dengan gaya Taro.

“Mau kram... harus gini biar ga kram nantinya, kalo beneran bisa repot nanti.”

No comments:

Post a Comment