Friday, 24 April 2009

LOST Chap 26

Mia berjalan keluar dari kamar Taro, Taro memandangi Mia keluar dari kamarnya. Lalu dia bangun dan melakukan sedikit peregangan. Dia berjalan mengambil baju dan celananya dengan segera Taro melesat ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Setelah selesai mandi, Taro segera kedapur dan memasak mie lagi. Malangnya nasib anak satu ini yang hampir setiap hari hanya makan mie instant. Namun sepertinya Taro menikmati kehidupannya sendiri. Walaupun harus bersusah-susah sendirian, dan lagi dia belum mendapat pekerjaan untuk menafkahi dirinya sendiri. Taro seperti melepas rindunya akan mie instant, semangkok mie dilahapnya hingga bersih dan licin. Dia lalu melihat-lihat sekitar seperti orang bodoh, setelah itu dia keluar dari kamarnya.

Taro keluar dari kamarnya dan mengunci pintu itu, dia melihat kamar Mia masih terkunci. Sepertinya Mia sedang asik mandi di dalam, Taro kemudian berjalan saja menuruni anak tangga itu. Dia mengarah ke warnet untuk bermain sebentar, gelap malam yang ditemani oleh sinar bulan dan kendaraan menuntunnya hingga kewarnet. Dia masuk kedalam lagi, seperti biasa kepulan asap rokok yang memuhi ruangan itu. Di tambah beberapa pemain yang sedang berteriak-teriak tidak jelas. Taro memilih tempat untuk bermain saat itu, seperti biasa dia berjalan ke tempat yang kurang ramai dengan pemain. Benar-benar anak yang berjiwa sosial rendah. Taro menghidupkan komputer dan segera duduk untuk bermain. Dia memilih program untuk chatting bersama dengan temannya.

Koneksi mulai tersambung, dan dia segera becakap-cakap dengan beberapa temannya. Dan lebih parahnya, dia tertawa sendiri saat itu, entah apa yang mereka perbincangkan. Sedangkan Mia baru selesai mandi saat itu, dengan handuk yang masih membungkus tubuhnya. Dia lalu mencari beberapa pakaian untuk dikenakannya. Setelah selesai berbenah diri, Mia segera keluar dari kamarnya. Dia menuju kekamar Taro dan mengetuk pintu kamar Taro. Namun dia tidak mendapatkan jawaban dari dalam, Mia lalu ingin menghubungi Taro lewat HP. Tapi dia lupa bahwa mereka sama sekali belum bertukar nomor telepon. Mia lalu memukul keningnya sendiri, dia berusaha berpikir kemana Taro pergi. Mia lalu turun dari atas dan segera menuju ke tempat tersebut. Setelah sampai didepan warnet, Mia langsung masuk kedalam. Dia segera mencari Taro didalam sana. Setelah menemukan Taro yang sedang bermain sendirian disana, Mia menghampiri Taro dan segera menutup matanya dari belakang. Terang Taro langsung bingung dengan siapa itu.

“Tharaaaaa....” kata Mia mengejutkan, namun Taro sama sekali tidak terkejut. Malah dia menjadi bingung.

“Kok ada disini...?”

“Emang ga boleh...? Ini kan tempat umum...”

“Ga masalah sih, aneh aja datang-datang ga jelas gitu.” Kembali pukulan dilepaskan Mia ke bahu Taro.
“Aduh... KDRT ini... hobi banget main fisik.” Kata Taro mengusap bahunya yang dipukul Mia, Mia lalu duduk disebelahnya dan ikut bermain bersama Taro. Mereka berdua lalu bermain hingga malam di warnet itu, setelah selesai mereka kembali ke kos mereka masing-masing. Ditengah jalan mereka juga saling berbincang-bincang, entah apa juga yang mereka perbincangkan. Sesampainya di depan kamar masing-masing.
“Mia besok kuliah...?”

“Ga tuh... besok ga ada jadwal kuliah.”

“Oh... kirain mau bolos terus... ya udah... aku masuk duluan, Mia juga istirahat gih...”

“Emm... Pengen ngomong bentar boleh...” Taro tidak jadi masuk kedalam kamarnya, dia menemani Mia yang ingin berbicara. Taro lalu berjalan bersender di dinding teras untuk menemani Mia, diikuti dengan Mia yang mendekati Taro.
“Emhh...”

“Masalah apa...?”

“Masalah perasaan Mia, Tata ngerasa Mia ini apa...?” tanya Mia malu-malu kucing.

“Dari dulu sih pengen punya adik cewek yang manja gitu, eh... ga kesampean. Malah akunya jadi anak bungsu, tapi ketemu dengan Mia. Aku anggap aja adik sendiri, abisnya Mia lucu sih...”

“Hanya adik...?”

“Hmm... mh... itu doank, mang napa...?”

“Hanya sebatas itu... apa Tata ngga ngerasain apa-apa...?”

“Ngerasa sih... kalau Mia itu lucu dan polos. Bakal jadi adik kesayangan kek nya, Mia ada kakak atau adik gitu...?”

“Mia anak tunggal...”

No comments:

Post a Comment