Thursday, 23 April 2009

LOST Chap 23

“Mungkin... Mia ga kuliah lagi hari ini...?” Mia lalu menggelengkan kepalanya.

“Bolos lagi...? Kan uda bayar mahal-mahal, jangan ga masuk kuliah kalau ga ada urusan yang kelewat penting. Sayang duitnya udah habis gitu.”

“Ga penting gimana... sapa yang jagain Tata nantinya...?”

“Jangan kelewat cemas lah... uda baikan kok. Ga perlu dijaga terus.”

“Jelas-jelas masih panas gini, baikan apanya.” Kata Mia memegang kening Taro lagi.

“Adem-adem gitu lah... mana ada sampe panas.”

“Ga mau... aku mandi dulu, nanti ke sini lagi. Kunci kamar aku sita...” Mia lalu mengarah kepintu, dia lalu mengunci Taro dari luar dan segera masuk kekamarnya untuk mandi. Taro hanya bisa menepuk keningnya sendiri melihat tingkah Mia. Setelah beberapa saat, Mia sudah selesai mandi. Dia segera menuju kekamar Taro dan duduk di samping Taro sambil tersenyum-senyum. Di bawah kos mereka, sebuah mobil terlihat sedang parkir. Dan seseorang keluar dari mobil itu.
“Hi... hi... mau sarapan apa...?” tanya Mia.

“Ga lah... makasi, liat Mia udah kenyang aku.” Jawab Taro dengan canda, mereka kemudian berbincang-bincang dengan kondisi Taro yang masih terkapar di kasurnya.
Orang yang barusan turun dari mobil itu Richard, dia sudah berada di depan kamar Mia dan mengetuk pintu kamarnya. Namun tidak ada jawaban dari Mia, suara kecil terdengar olehnya dari kamar Taro. Dia tahu itu suara Mia, emosinya kembali tersulut mendengar Mia berada di dalam kamar Taro. Dia lalu membuka kamar Taro yang tadi tidak dikunci oleh Mia, Richard mendapati Mia sedang duduk disamping Taro sambil tersenyum. Melihat kedatangan Richard yang mendadak, mereka berdua lalu terdiam.

“Ngapain di sini...!” bentak Richard.

“Ini ga kayak yang kamu pikirin, Taro sedang....” Mia belum selesai dengan penjelasannya, Richard juga sepertinya tidak ingin mendengar penjelasan Mia. Dia lalu berjalan dengan emosi yang meledak, Ricard mengarah ke tempat Taro dan Taro masih tenang-tenang saja melihat tingkah Richard yang seperti itu. Tanpa banyak bicara Richard menarik Taro yang masih lemah itu, sepertinya Richard ingin langsung menghajar Taro. Mia berusaha memisahkannya namun tidak sanggup.

“Mau mukul...?” tanya Taro santai.

“Pukul gue kalau brani...!” Richard memancing Taro, Taro pun tidak tinggal diam. Dia lalu mengangkat tangan kirinya dan mengetuk kepala Richard pelan sambil sedikit tertawa. Mia hanya tidak percaya melihat itu. Richard semakin tersulut emosinya karena tidak ditanggapi serius, dia membuang Taro ke belakang. Taro yang lemah itu lalu terbuang, beberapa barang terseret juga. Taro masih sedikit tersenyum.
“Loe cari mati hah...!” bentak Richard sambil menarik baju Taro lagi.

“Kamu yang menyuruhku untuk memukul...” Taro masih tidak menanggapi serius perbuatan Richard, dia masih bisa tersenyum-senyum dalam keadaan itu.

“Sudah...!” Mia langsung mendorong Richard, Richard lalu terduduk.

“Apa-apaan sih kamu ini...! Dia lagi sakit...!”

“Biar mati sekalian...! Orang yang suka ganggu hubungan orang lain kek gitu napain dibela...!” satu tamparan mendarat lagi di wajah Richard. Sedang Taro yang mendengar kata-kata Richard yang pedas itu, raut wajahnya jadi serius.

“Mengganggu hubungan kalian...?” kata Taro kecil, mereka berdua lalu terdiam.
“Apa aku memang pengganggu...? Apa aku memang pembuat masalah...? Apa memang aku orang pembawa sial...?” tanya Taro kepada mereka dengan suara kecil. Dia juga masih terbaring dilantai. Mia dan Richard lalu memandang aneh Taro, Richard juga tidak marah-marah lagi. Dia makin heran dengan tingkah Taro yang tadi masih bercanda berubah menjadi serius sekali dan sepertinya Taro juga sedih karena ucapan barusan.

“Tata...”

“Apa mungkin aku hidup hanya menyusahkan saja...? Benar apa kata dia, aku hanya orang bodoh yang mengganggu.” Mia lalu memandang ke arah Richard seperti ingin memakannya. Richard lalu hanya terdiam, dia berdiri dan keluar dari kamar itu.

No comments:

Post a Comment