Thursday, 23 April 2009

LOST Chap 19

Malam itu berlalu dengan kesedihan Taro, dan keesokan paginya. Taro bangun seperti hari biasanya, dia lalu berdiri dan membereskan kasurnya. Terlihat sekitar kamar masih dalam keadaan berantakan. Dia lalu duduk sebentar untuk menenangkan dirinya, kemudian Taro berdiri lagi dan membereskan kamarnya yang berantakan.

“Fuh..” Taro menyeka keringatnya yang keluar karena membereskan kamar. Dia lalu duduk lagi.
“Mia... sudah sembuh keknya...” pikir Taro. Setelah duduk beberapa saat, Taro berdiri dan bersiap diri untuk mandi.
“Hoamm....” sehabis mandipun Taro masih mengantuk.
“Sarapan dulu...” Taro lalu mengambil mie instant lagi daridapur.
“Tiap hari mie instant... sehat aku lama-lama.” Kata Taro sambil tersenyum sendiri.

Setelah semua itu selesai, Taro masih mondar-mandir kebingungan sendiri di dalam kamarnya. Dia kebingungan akan melakukan apa hari itu, Taro lalu berjalan keluar saja untuk menemui Mia. Saat di luar, dia mendapati Richard sedang menunggu di depan kamar Mia. Mereka lalu saling bertatap sejenak. Namun Taro hanya menggelengkan kepalanya, dia lalu mengunci pintu kamarnya dan berjalan lurus saja. Richard masih memandang Taro dengan tatapannya. Taro melihat Richard dengan tenang saja. Tanpa sebab yang jelas, Richard kembali menarik baju Taro.
“Ck... bajuku bakal rusak kalau kamu tarik terus. “ Kata Taro yang masih tidak serius menanggapi perlakuan Richard.

“Ga usah blagu deh... Muak gue liatin loe di sini terus.”

“Ga beda-beda amat kok... Aku tinggal di sini, aku bayar. Aku bukan numpang dan jadi parasit yang hanya ngandalin kekayaan orang tua.” Kata-kata Taro sepertinya sedikit menusuk Richard.

“Ah...” Richard lalu memundurkan tangan kanannya untuk memukul Taro. Suara pintu terbuka, Mia hanya terkejut melihat tingkah Richard yang ingin memukul Taro. Taro lalu hanya tersenyum melihat Mia memergoki Richard dengan sifat seperti itu.

“Apa-apaan sih...!” Kata Mia mendorong tubuh Richard menjauhi Taro. Taro lalu menepuk bajunya, kemudian dia menunjuk Richard dengan tenang.

“Tuan muda... Jika sifatmu masih seperti ini, ingat kata-kataku baik-baik. Ga bakal ada cewek yang akan senang denganmu.” Kata-kata Taro kembali menusuk Richard, memang benar kata-kata Taro. Richard kurang begitu disukai dalam pergaulan. Dan beberapa cewek yang mendekatinya hanya karena harta. Dia masih ingin memukul Taro, namun Mia berusaha menghentikan dia. Taro lalu berjalan meninggalkan mereka dan segera turun.

“Kamu ngapain sih...!” bentak Mia duluan.

“Oh... udah ngebelain dia gitu... jadi kamu suka dengan dia.” Emosi Richard terlihat meluap saat itu.

“Kamu itu nyebelin banget sih... dia itu uda nolongin Mia waktu itu, gimana kalau pas Mia sakit dia ga ada. Kamu ke mana aja pas Mia perlu...!”

“Arh...! Percuma ngomong sama cewek penggoda kek kamu...” Belum selesai Richard berkata, tamparan Mia sudah mendarat di pipi Richard. Mia lalu menangis dan masuk kedalam kamarnya lagi. Pintu kamar di banting Mia dengan keras, sepertinya dia sudah tidak tahan dengan sifat Richard.
“Mia...!” teriak Richard sambil mengetuk pintunya, Richard terus mengetuk pintu kamar Mia. Namun Mia sama sekali tidak ingin membukanya lagi. Beberapa saat berselang, Richard lalu menyerah. Dia berjalan menuruni tangga, di sana terlihat Taro sedang duduk di anak tangga. Melihat itu Richard bertambah emosi, dia menghampiri Taro dan menarik lagi bajunya. Kali ini tanpa banyak berkata-kata Richard langsung memukul Taro dengan tangan kanan. Tapi tangan kanan Richard belum sempat mengenai wajah Taro, Taro sudah memegang erat tangan kanannya. Dan Taro sudah mencekik Richard, kemudian Taro mendorong Richard mundur ke dinding.

“Aku ga suka main keras... kalau ingin berkelahi cari orang lain. Jangan aku...” Kata Taro kecil, Richard sudah tidak bisa membalas lagi. Gerakannya benar-benar mati saat itu. Jika dia macam-macam Taro cukup mengencangkan cekikannya maka Richard akan langsung kesusahan. Perlahan Taro melepaskan cekikannya.
“Saranku, minta maaf dengan Mia... Kalau kamu hanya memarahi dia terus menerus, aku yakin hubungan kalian ga akan tahan lama. Aku ga akan ganggu hubungan kalian. Aku dan Mia hanya teman bicara, ga lebih. Ga usah takut kalau aku bakal ngerebut dia darimu.” Taro lalu naik lagi ke atas, sedang Richard hanya terdiam dan merenungkan perbuatannya. Dia lalu terduduk di anak tangga itu sambil memegang kepalanya.
“Mia...” Taro terlihat sudah di depan kamar Mia, dia mengetuk pintu kamar Mia pelan.
“Ini aku Taro...” terdengar suara kunci pintu yang terbuka, Mia lalu membukakan pintu dan mempersilahkan Taro masuk dengan mata yang masih menangis. Taro kemudian masuk kedalam kamar Mia, dan Mia mengunci pintunya kembali. Taro kemudian berbalik menghadap Mia untuk berkata sesuatu, tapi Mia sudah memeluknya dan terus menangis. Taro pun hanya bisa diam saja waktu itu, dia tidak tahu harus berbuat apa juga saat itu. Yang ada didalam pikirannya hanya meminjamkan pelukannya kepada Mia hingga dia berhenti menangis. Taro memegang kepala Mia dan membelainya. Tangis Mia malah menjadi-jadi saat itu, beberapa saat kemudian Mia melepaskan pelukannya.

No comments:

Post a Comment