Sunday 26 April 2009

LOST Chap 100

Saat Rita meletakkan kakinya di lantai tersebut, dia melihat ke kiri dan melihat Taro turun dari kursi rodannya dan ingin menuruni tangga tersebut. Sayangnya kaki Taro masih belum bisa digunakan, Taro lalu terjatuh dari kursi rodanya dan terguling ke bawah. Melihat hal itu Rita terang langsung berteriak, dia berlari ke tangga yang satunya lagi dan menuruninya.

Dia mengangkat tubuh Taro yang terkulai itu, beberapa hantaman ke kepalanya terjadi saat Taro terjatuh dari tangga itu. Rita langsung berteriak minta tolong, suasana lalu kembali hening. Taro kembali ke ruang UGD saat itu untuk menjalani oprasi lagi. Rita menunggu di depan kamar Taro untuk memberitahukan kepada teman Taro kalau misalnya mereka datang menjenguk. Saat itu dia terus menangis menunggu di depan kamar Taro, seketika Adi dan Jimmy muncul berdua di sana. Mereka melihat Rita yang sedang menangis dan mendekatinya.

Mereka menanyakan ada masalah apa hingga Rita menangis seperti itu, Rita menceritakan bagaimana dia melihat Taro yang terjatuh dari tangga. Dia bilang sekarang Taro ada di ruang UGD, mereka bergegas ke sana untuk menunggu kabar dari dokter lagi. Kejadian berulang lagi, mereka menunggu lama sekali di depan ruang UGD. Mereka bertiga sangat cemas saat itu, sedangkan Jimmy ingin sekali menghubungi orangtua Taro dan menceritakan ini semua. Namun Adi tetap menghalangi Jimmy menghubungi orangtuanya.

Taro saat itu sudah berpesan agar mereka jangan menghubungi orangtuanya, dia tidak ingin membuat keadaan menjadi semakin rumit. Kalau saja mereka tau Taro masuk rumah sakit, mereka pasti akan sangat cemas sekali. Sedangkan Rita juga tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya duduk dan berharap Taro baik-baik saja. Waktu tidak terasa sudah menjadi malam lagi, para dokter juga belum selesai. Di kamar Taro terlihat Mia dan Richard yang kebingungan karena Taro tidak ada di dalam kamar, mereka mengira kalau Taro sudah pulang saat itu.

Mereka lalu bertanya kepada resepsionis untuk mengetahui Taro ada di mana, resepsionis mengatakan kalau pasien tersebut sedang ada ruang UGD menjalani oprasi karena dia terjatuh dari tangga. Terang mereka berdua langsung menuju ke sana. Mereka melihat Adi, Jimmy, dan Rita yang sedang menunggu Taro di dalam. Mereka lalu mendekatinya dan menanyakan keadaan Taro, mereka juga tidak tau keadaan Taro bagaimana saat itu. Yang bisa mereka lakukan hanya menunggu sambil berdoa agar Taro selamat.
“Di... Aku ga tahan lagi harus gini...” Jimmy kemudian mengeluarkan HP nya dan menghubungi seseorang.

“Telpon siapa...?” Tanya Adi melihat ke arah Jimmy, mereka semua dalam keadaan panik.

“Aku mau kasih tau sama orang rumah, supaya mereka datang. Biaya aku yang tanggung...”

“Matiin...” Adi lalu berdiri dan merebut HP Jimmy.

“Biaya aku yang tanggung...!” bentak Jimmy, mereka hanya melihat Jimmy dan Adi yang saling berdebat.

“Ini bukan masalah biaya...! Ngerti ga sih...!”

“Sudah sampe kek gini, masa masih ga mau kabarin mereka...!”

“Taro yang bilang kalau jangan kasih tau mereka, dia ga mau kalau mereka itu cemas...!”
“Sini...!” Jimmy merebut HP nya dari Adi, namun Adi tidak ingin memberikannya. Jimmy dan Adi saat itu dalam kondisi emosi, mereka kembali berkelahi lagi. Sedangkan Mia dan Rita tidak tau harus berbuat apa untuk memisahkan mereka, Richard yang geram melihat tingkah mereka mulai turun tangan. Dia menarik Jimmy dan melemparnya ke lantai, sedangkan Adi didorongnya ke dinding.

“Ini rumah sakit...! Kalian kira kalau gini masalah langsung selesai...!”
“Jangan buat ulah di sini...! Yang panik bukan cuma kalian, kami juga panik di sini...!” Mereka berdua pun terdiam saat Richard turun tangan, memang benar. Yang mereka lakukan tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik, mereka hanya bisa menunggu dokter tersebut keluar dan menjelaskan keadaan Taro. Jam dinding terus berputar, semenit berlalu terasa seperti satu jam saja.

Jam tersebut menunjukkan pukul delapan lebih sedikit. Pintu ruang UGD itu terbuka, mereka melihat ke arah pintu itu. Dokter lalu keluar dari sana melepas sarung tangan dan maskernya.
“Keadaanya gimana dok...?” Rita yang bertanya duluan.

“Kepalanya mengalami pendarahan... Luka akibat kecelakaan kemarin semakin parah saja, dan...”

“Apa dok...?” terlihat Rita yang paling mencemaskan keadaan Taro saat itu, yang lainnya hanya terdiam melihat Rita saat itu.

“Sebenarnya saya tidak ingin mengatakan hal ini, namun...” mereka berlima sangat tegang menunggu kepastian dari dokter.

“Tulang belakangnya patah karena benturan, dan dia lumpuh untuk selamanya... Maaf...” dokter itu lalu meninggalkan mereka, sedangkan Rita hanya tersujud saat itu. Dia tidak tau harus berbuat apa, Mia lalu memeluk Richard karena sedih mendengar kabar tersebut. Jimmy dan Adi lalu terduduk. Seorang suster lalu mendatangi mereka dan memberikan daftar biaya administrasinya, Richard dan Jimmy lalu pergi ke depan untuk menguruh semua itu.

Sedangkan Mia duduk di sebelah lalu menopang Rita untuk duduk di kursi. Dia berusaha menenangkan Rita yang tidak percaya kalau semua ini harus terjadi. Adi lalu berdiri dari sana dan pergi menemui dokter tadi, dia ingin memperjelas kondisi Taro. Dia lalu berjalan mengejar dokter tadi yang masih belum jauh.

No comments:

Post a Comment