“Apa Mia kelewatan...?”
“Entahlah... Tapi aku senang, akhirnya Mia benar-benar seperti adikku sendiri.” Kata Taro tersenyum, Mia kemudian melepaskan pelukannya. Suasana lalu terdiam sesaat, Mia tidak lagi membalas semua perkataan Taro. Namun dia maju selangkah mendekati Taro.
“Coba buktikan kalau Tata sayang dengan Mia...” kata Mia, dia lalu memejamkan matanya.
“Bukti...?” bisik Taro dalam hati, dia bingung dengan kelakuan Mia. Taro lalu mencium kening Mia.
“Itu tanda aku sayang dengan Mia... Jadi Mia janji besok harus baikan lagi yah...” Mia hanya mengangguk mendengar itu.
“Itu baru adikku...” Kata Taro membelai rambut Mia, Mia lalu memandang ke mata Taro.
“Sekali lagi yah...” kata Mia membuka kedua tangannya sambil tersenyum.
“Gadis manja...” Taro lalu memeluk Mia lagi. Dan sepertinya Mia merasa tenang saat itu juga. Mereka berpelukan cukup lama, ditambah lagi dengan bulan yang memandangi mereka. Dan bintang-bintang yang berkelip menemani mereka. Taro membelai perlahan rambut Mia yang tergerai halus. Setelah itu Taro melepaskan pelukannya.
“Sekarang Mia uda tau kan kalau aku juga sayang dengan Mia... Ya sudah... Aku mau pergi cari makan malam. Mia sudah makan...?” Mia menggelengkan kepalanya.
“Berniat ikut makan sama-sama...” Mia tersenyum mendengar ajakan Taro.
“Bentar yah... ganti baju dulu...” Mia lalu bergegas masuk kedalam kamar dan mengganti pakaian untuk menemani Taro makan malam. Taro menunggui Mia yang mengganti pakaiannya. Beberapa saat kemudian Mia keluar dengan penampilan yang santai, dia kemudian menarik tangan Taro dan mereka berdua menuruni anak tangga.
“Mia mau makan apa...?”
“Terserah... Mia ikut aja...”
“Biasa makanan yang enak-enak tuh adanya ditepi jalan gitu...” kata Taro tersenyum.
Mereka lalu melanjutkan perjalanannya mencari tempat makan, Mia bercakap-cakap sedikit dengan Taro. Dan Taro juga menanggapinya dengan baik. Terlihat Taro sangat menyayangi Mia seperti adiknya sendiri. Lalu mereka menemukan tempat makan itu dan segera masuk kedalam. Segera Taro memesan makanan yang dijual pada tempat itu, dan Mia hanya mengikuti pesanan Taro. Tempat makan itu suasananya juga cukup ramai, orang-orang yang makan disana berbicara dengan suara yang besar.
“Oh ya... Dari kemarin kelupaan terus. Nomor HP Tata belum aku catet.”
“Hmm... itu yah... aku juga bingung tuh...” Taro lalu memberikan HP nya kepada Mia, dia sendiri tidak hafal nomornya.
“Aku catet yah... biar mudah kalau mau nyari nantinya...”
“Hmmm...” Taro hanya mengangguk, pesanan mereka lalu datang.
“Perkedel tiada lawannya...” kata Taro melihat perkedel di depan matanya.
“Tata suka perkedel...?”
“Ga juga sih... kalo suka... aku lebih suka sate... Tapi biasanya apa yang dihidangin aku makan kok... Kalau Mia...?”
“Apa yah... banyak sih...” kata Mia tersenyum-senyum.
“Banyak yah... Makan dulu yuk... Mia juga pasti uda lapar.” Mereka berdua lalu menyantap makanan yang ada di meja, ada beberapa potong ayam, perkedel, di tambah lalapannya, es jeruk sebagai pelepas dahaga, dan beberapa makanan lagi yang menggugah selera. Bunyi tabrakan sendok dan piring sangat terdengar jelas disana. Suasana memang ramai malam itu, terlihat beberapa orang yang masih memakai seragam kantoran.
“Phuahhh... Kenyang...” Taro sudah selesai menyantap makanannya.
“Tata makan banyak banget tadi...”
“Mia yang makan kelewat dikit...”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment