Thursday, 23 April 2009

LOST Chap 1

Hari masih siang, dan matahari bersinar cerah seperti biasanya. Terlihat sebuah mobil taksi yang berhenti di tempat itu, suasananya sepi dan tidak ada orang sama sekali. Supir taksi tersebut menurunkan barang-barang yang ada di bagasi mobilnya, lalu dia meletakkannya begitu saja di lantai. Supir taksi itu kemudian kembali lagi ke depan dan menutup pintu mobil yang tadi dibuka, taksi itu kemudian bergerak meninggalkan tempat barusan. Suasana hening sesaat...
Terlihat seorang pria yang berkemeja putih dan bercelana jeans hitam, dia membawa ransel berwarna biru di punggungnya. Tas yang tadi diturunkan oleh supir taksi itu ada didekat pemuda tersebut. Pria itu berdiri diam sejenak di sana, angin pelan bertiup ke arahnya membelai rambut pria itu. Tangan kirinya kemudian memegang saku celana, dia mengeluarkan HP nya dan segera menelpon seseorang.
Dan sesaat kemudian tersambung…

“Halo… umh… saya sudah sampai Bu… sekarang sudah ada di depan.”

Si pria itu segera mematikan HP nya kemudian dia mengambil tas berwarna hitam yang ada di lantai dan menentengnya berjalan lurus. Tampak beberapa rumah kecil di kanan kiri pria itu, seperti rumah koskosan yang ingin disewakan. Dan sepertinya pria itu ingin menyewa sebuah kos untuk ditinggalinya. Dari kejauhan seorang wanita yang sudah cukup berumur berjalan menghampirinya, saat mereka berpas-pasan.

“Siang… kamu Taro kan?” Tanya wanita itu, Taro hanya menganggukkan kepalanya.
“Yuk… mari… ibu antar ke kos kamu…” Taro kembali mengangguk lagi, dia mengikuti wanita itu menuju ke kamar kosnya.
“Di sini dijamin aman… belum pernah ada kejadian pencurian atau hal yang mengganggu ketenangan penghuninya…”

“( Yah… semua produsen pasti ngebelain produknya, Bu…)” bisik Taro dalam hati mendengar ibu tadi memuja-muja tempat koskosannya.

“Kalau ada keperluan telepon saya saja, dan ini kunci rumah kamu.” Ibu tadi menyerahkan kunci kos itu kepada Taro.

“Hmm… He… he… he…” ibu tadi cengengesan, entah apa yang dia pikirkan.
“Hmm…”

“Kenapa Bu…?”

“Bisa ibu minta uang sewanya sekarang…?” dengan masih cengengesan ibu tadi meminta uang sewa kepada Taro.
Taro mengedipkan matanya sekali, dia menghela nafasnya. Taro menaruh tas berwarna hitam tadi kelantai, lalu dia memindahkan ranselnya ke depan untuk mengambil dompet. Taro mengeluarkan uang dari dompetnya dan segera membayar ibu kos itu.
“He… he… terima kasih, nak… sekarang silahkan nikmati rumah barumu.” Ibu tadi lalu meninggalkan Taro.

Taro hanya menggembungkan pipinya, lalu sedikit berkedip. Dia mengambil tas berwarna hitamnya lagi, dan mengarah ke kosnya. Perlahan Taro berjalan dan melihat-lihat sekitar, suasana sangat sepi hari itu. Mungkin semua orang lagi sibuk bekerja hari itu, “Senin” hari yang sangat menyibukkan semua orang. Di sana ada tangga yang menuju ke atas, koskosan itu seperti sebuah rumah bertingkat. Taro melangkah ke atas dan menenteng tasnya yang berat itu. Satu per satu anak tangga ia pijaki dan akhirnya sampai juga kelantai dua. Taro lalu berbelok ke kiri dan menuju ke kosnya. Kunci yang digenggam Taro bernomor 12, dia berjalan pelan-pelan melihat nomor yang ada di pintu setiap kamar kos itu. Akhirnya dia mendapati kosnya yang bernomor 12. Taro memasukkan kunci itu dan memutarnya, pintu kos itu terbuka. Taro segera memasuki tempat tinggal barunya.

Langkah pertama saat dia berada didalam, Taro lalu terdiam. Tas yang di bawanya dilepaskan begitu saja di lantai. Dia melihat sekeliling kamarnya itu, memang terbilang cukup nyaman. Ada dapur, toilet dan teras untuk menjemur pakaian. Taro kembali mengedipkan matanya lagi, kemudian Taro melepas sepatu yang dikenakannya, lemari berwarna coklat dan mempunyai cermin di depannya terletak di sebelah tempat tidur dan sebuah AC yang menggantuk di atas lemari itu. Taro mengambil lagi tas hitamnya dan menuju ke lemari. Dia membuka lemari itu dan mendapati isi dalam lemari kosong, dan masih bersih. Taro membuka resleting tasnya dan menyusun baju beserta celananya ke dalam lemari tersebut. Kemeja dia tempatkan di bagian kemeja sendiri, kaos dan celana dia lakukan seperti itu. Setelah itu Taro mengeluarkan perlengkapan lain di dalam tasnya, seperti gosok gigi, shampo, panci, DLL.

Taro melipat kembali tas hitamnya menjadi kecil, dan diselipkan di sebelah lemari itu. Lalu dia terduduk sejenak dan membuka kemeja yang ia kenakan, kaos berwarna putih masih dia kenakan. Taro selalu mengenakan baju dua lapis jika memakai kemeja. Setelah semua selesai, Taro kembali mengeluarkan HP nya, dia mencari nama temannya. Taro lalu mengirim SMS kepada temannya.
“Di, aku uda nyampe nih…” Taro lalu meletakkan HP nya dan segera menukar semua pakaiannya.

4 comments:

  1. wogh...
    keren ta...
    ^^

    ReplyDelete
  2. woy boY~
    seram nien..
    wkwkwkwkkwkw

    ReplyDelete
  3. eh tu cerita apaan sih?
    kagak ngerti ni...

    ReplyDelete
  4. udah baca ampe habis belom?
    kalo baca baru chapter 1 n gak habis yah wajar aja gak ngarti

    ReplyDelete