Mereka terus berbincang, waktu dua jam tidak terasa mereka lewati begitu saja. Setelah itu Adi tidak mampir ke kos Taro lagi, dia segera pulang. Dia datang karena tidak sengaja lewat sana tadinya. Taro lalu pulang ke kosnya sendirian, dia berjalan terus hingga sampai juga di depan kosnya.
“Mia uda sembuh belum yah...” bisik Taro dalam hati.
Dia lalu berjalan lagi menaiki tangga itu dan menuju ke kamarnya. Saat melewati kamar Mia, dia mendapati kamar itu masih tertutup. Sepertinya Mia belum bangun juga dari sakitnya. Taro mengambil kunci kamar dari saku celananya, saat dia memasukkan kunci itu. Richard keluar dari kamar Mia. Taro lalu memandangnya sebentar.
“Sudah sembuh...?” tanya Taro pelan, tapi Richard tidak menjawab pertanyaan itu. Dia meninggalkan Taro dan menuju ke bawah.
“Jeh... cool amat...” Kata Taro sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dia lalu membuka pintu kamar dan segera masuk kedalam.
Siang berlalu begitu saja, malam sudah tiba. Taro lalu bangun dari istirahat siangnya dan segera mandi lagi, karena hari sudah gelap. Setelah itu Taro keluar dari kamar kosnya dan berdiri di teras. Pintu kamar Mia masih tertutup rapat, tangan Taro sedang menggenggam HP. Dia lalu berencana untuk menelpon seseorang.
“Jim... masih sibuk...?”
“Kapan neh maen ke sini...? Adi tadi datang tuh...” Taro berbincang dengan temannya beberapa saat. Lalu dia mematikan HP nya, pintu kamar Mia terbuka. Lalu Mia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama, wajahnya sudah tidak sepucat tadi siang lagi. Sepertinya dia akan sembuh besok.
“Malam...” sahut Mia duluan. Taro lalu berpaling kebelakang dan melihat Mia yang sudah bisa berjalan.
“Oh... malam juga... Mia uda baikan?” Mia hanya mengangguk, dia lalu berjalan mendekati Taro.
“Tadi siang itu pacar Mia yah...?” Mia mengangguk lagi.
“Kok ga ngomong...? Mia sakit gigi...?” Mia lalu tersenyum, dia memukul bahu Taro pelan.
“Makasi yah... kalo kamu tadi pagi Tata ga nolongin mungkin sekarang Mia udah dirumah sakit.”
“Namanya tetangga... masa ga nolongin sih...”
“Umm... Ta... Tadi pagi Richard ngomong apa aja...?”
“Ga ngomongin apa-apa kok... Mia uda brapa lama pacaran?”
“Baru berapa bulan gitu lah...”
“Oh...”
“Tapi Mia ngerasa ga cocok ama dia... orangnya kelewat keras...” kata Mia sambil menyenderkan kepalanya di badan Taro.
“Gitu yah... Mia...” Taro belum selesai berbicara.
“Tata uda brapa lama sendirian...?” Potong Mia.
“Hmm... Dari kelas satu SMA sampai sekarang, kurang lebih tiga tahun lah. Mank napa?”
“Cuma kepikiran aja, masih enakan sendiri daripada punya pasangan tapi terus tertekan.”
“Masa...?” tanya Taro memandang ke arah Mia, dan Mia masih mengangguk.
“Itu semua tergantung dari kita, apa ngerasa nyaman pas tuh orang ada di dekat kita. Atau kita ngerasa ga nyaman di dekat orang tersebut. Kalau kita ngerasa nyaman di dekat orang itu, maka kita akan berkata. Alangkah indahnya hidup didunia ini bisa rasain kasih sayang seperti ini. Dan sebaliknya, dan itulah sifat dasar manusia.”
“Apa salah kalau begitu...?”
“Sama sekali ga salah, hanya saja... apa perlu kita ngeluhin sesuatu yang gimana... gitu. Ini keputusan kita sendiri, dan jangan pernah menyesali keputusan kita sendiri.”
“Tata slalu ngebuat hal susah terasa mudah, apa ga tertekan kalau gitu terus? Kan kita juga pasti pengen berontak atau apa gitu...”
“Semakin Mia ngerasa tertekan, semakin sulit pula masalah itu. Setuju...?” Mia hanya mengangguk.
“Kalau Mia bilang aku ga pernah tertekan, mungkin aku lebih tertekan dari Mia dulunya. Dulu saat masih SMA, kerjaan aku setiap hari hanya mengeluh sepanjang hari. Terus mengeluh sama teman-teman aku... Sampai mereka kesal sendiri dan bilang gini “ mending kamu mati ajalah, udah ga bakal ada masalah lagi kalau kamu mati “ gitu kata mereka.” Mia dan Taro sedikit tersenyum.
“Pas dikatain kek gitu, yah... apa boleh buat, tiap hari aku coba pikirkan. Apa sih sebenarnya yang aku lakukan, dan apa sih yang aku perbuat. Saat aku pikirkan itu baik-baik. Ternyata yang salah bukan orang lain, melainkan diri aku sendiri. Karena aku tidak bisa memberikan apa yang orang itu inginkan.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment